Menjadi Narablog Di Era Digital Membuat Anda Tidak Akan Berhenti Menulis
Posted by ana_susan, Jan 24, 2019, 2:22 AM
Sumber foto: Pixabay.com
Menyukai sesuatu yang kita senangi, amatlah mudah, namun sebaliknya menyukai sesuatu yang tidak kita senangi sangat sulit. Bahkan butuh bertahun-tahun untuk bisa menjadi bagian dari diri kita.
Hidup Di Perantauan
Itulah yang terjadi pada diriku. Sejak anak keduaku lahir tahun 2007, aku harus berjuang bersama suamiku di kota hujan. Kami berdua memang berdarah Aceh. Sudah sepatutnya bagi para perantau kembali ke daerahnya masing-masing untuk mengembangkan dan memajukan daerah asal. Apalagi diriku saat itu dalam masa studi beasiswa dari salah satu Universitas Swasta di Banda Aceh, mengharuskan berbakti setelah penyelesaian studi terlaksana. Namun, karena tidak terikat dengan alasan bahwa suami telah diterima kerja di Bogor, jadilah aku orang Bogor hingga sekarang.
Waktu terus berlalu, aku mulai bosan dengan kegiatanku yang hanya berdiam diri di rumah sambil mengasuh kedua jagoanku. Mereka tumbuh dengan baik dan selalu sehat. Kadang sesekali mama dan papa telepon sekedar menanyakan kabar cucu-cucunya. Sebenarnya kedua orangtuaku sangat menginginkan aku segera bekerja. Mengingat studi Pasca Sarjana yang telah kuampu tidak akan sia-sia menurut mereka jika aku telah bekerja. Masak sih, sudah capek-capek kuliah, jauh pula, terus cuma di rumah? Demikianlah kata-kata itu selalu terngiang saat mereka menelponku.
Dilema Antara Bekerja Atau Di rumah
Mereka benar, dan aku sangat memahami itu. Aku sendiri juga sangat berharap dapat bekerja di luar, punya penghasilan dan akan kuhadiahkan untuk kedua orang tuaku. Namun takdir berkata lain. Karena hidup kami di perantauan, lagi-lagi khawatir tentang pengasuhan anak. Telah menjadi kebiasaan di daerah kami, jika seorang anak telah berkeluarga dan telah memiliki anak, maka anaknya akan diasuh oleh nenek dan kakek.
Mungkin jika seandainya mama atau papa ada di Bogor saat itu, aku pasti menitipkan pada mereka. Karena batinku lebih tenang. Akhirnya kuputuskan di rumah sambil baca banyak buku dan mengasuh.
Setelah anak keduaku berusia tiga tahun, aku pun mulai merayu suamiku. Aku katakan padanya bahwa aku ingin bekerja, demi menyenangi kedua orang tuaku. Oke, jawabnya. Tapi dengan syarat anak keduaku harus di tempat pengasuhan yang dekat tempat kerja dan bisa dikontrol. Alhamdulillah aku pun mendapat panggilan kerja dengan tempat pengasuhan pas di belakang gedung tempat kubekerja. Anak pertamaku bersama suamiku, dan sekolah di tempat suamiku mengajar.
Setahun bekerja di sebuah sekolah swasta, ternyata tidak membuatku merasa nyaman. Aku mulai merasa kelelahan, mulai dari bangun pagi banget untuk menyiapkan sarapan suami dan anak-anak, sampai menunggu mobil jemputan sekolah. Ditambah lagi aku dalam kondisi hamil anak ketiga. Setelah melewati masa kontrak setahun dan akan ada pengajuan untuk tahun berikutnya. Aku pun mundur. Padahal pihak sekolah mengatakan prestasiku dalam mengajar sangat baik. Dan alangkah sayangnya jika harus keluar dari sana. Aku menjelaskan alasan yang real pada mereka. Akhirnya mereka mengiklaskan aku untuk pergi dari sana.
Melupakan Kerja Dengan Hadirnya Bayi Perempuan
Saat kelahiran anak ketiga, aku dan suami sangat bahagia. Alhamdulillah Allah memberi amanah pada kami seorang anak perempuan. Aku pun mulai melupakan kerja di luar. Hari demi hari dia tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik. Namun bagi kedua orangtuaku masih belum menerima jika aku harus tetap di rumah. Aku pun mulai mencari uang dengan cara berjualan baju renang muslimah secara online. Meski tidak harus bercapek-capek ria di luar, aku tetap menghasilkan uang. Soal pengiriman, suamilah andalanku saat itu. Alhamdulillah orderanku banyak, mulai dari Aceh sampai ke Kalimantan. Bahkan ada juga yang di luar negeri. Salah satunya adalah Inggris. Aku pun menceritakan kegiatan itu pada mama dan papa. Soal penghasilan, lumayanlah cukup untuk kami berlima.
Namun lagi-lagi mereka kurang setuju padaku. Mereka lebih suka aku menjadi karyawan atau pegawai. Mungin karena mereka sama-sama pegawai, sehingga menginginkan anak-anaknya menjadi pegawai. Aku pun menjelaskan dengan bijak, bahwa apapun yang kita kerjakan asalkan halal dan menghasilkan tidak salah dalam agama. Aku sangat memahami maksud mereka karena menginginkan kehidupan kami lebih layak dan terpenuhi dengan banyak. Namun aku dan suami tidak butuh semua itu. Kami hanya butuh agar saat kami bekerja, anak-anak aman dalam pengawasan kami tanpa merasa khawatir sedikit pun.
Sumber foto: Via forum.kompas.com
Kekhawatiran Orangtua Mulai Berkurang Namun Muncullah Masalah Baru
Lambat laut mereka mulai memahami kami dengan baik, doa-doa kebaikan terus mengalir dari bibir mereka. Kehidupan kami pun mulai berubah dengan lebih mapan. Benarlah adanya, jangan pernah sakiti hati kedua orangtua kita meski mereka membenci kita saat tidak mengikuti keinginan mereka. Namun dengan penjelasan yang bijak dan berkata lemah lembut serta doa yang selalu dipanjatkan maka semua akan berjalan dengan begitu sempurna. Rezeki kami terus mengalir dan selalu diliputi dengan kebahagiaan. Bahkan dari tahun 2007, baru tahun 2016 kami bisa pulang kampung untuk berlebaran. Dan Alhamdulillah sekarang masih berjumpa dengan mereka walaupun 1-2 tahun sekali bertemu.
Perjalanan hidup manusia, pasti akan terus berubah, sesuai dengan usaha dan doa dari masing-masing kita. Aku pun mulai pindah ke daerah puncak dengan hawa yang selalu sejuk. Di sanalah suami membangun sebuah sekolah dengan konsepnya sendiri. Sekolah itu bernama Green Entrepreneur School. Sebuah sekolah bisnis yang mumpuni anak-anak usia muda agar tidak takut dalam memplaning sebuah usaha bagi masa depannya. Anak-anakku mulai tumbuh besar, kegiatan padatku pun mulai berkurang. Maka munculah rasa bosanku yang cuma masak, tidur dan makan. Karena dari muda aku bukanlah orang yang hanya diam saja tanpa sebuah kegiatan. Maka aku pun rungsing pada suami. Aku ingin kerja lagi. Kata suami silahkan sambil menunjukkan senyumnya ke arahku. Tapi (tiba-tiba wajah yang semula senyum berubah mengkerut). Tapi apa bang? Bukankah menulis lebih enak kamu kerjakan. Cuma mengetik, edit, kirim trus dapat royalty. Seperti abang nih sambil menunjukkan buku karangannya yang diterbitkan oleh diva press. Buku itu dihasilkan olehnya saat mengasuh anak kami yang pertama tahun 2005. Pada waktu aku kuliah, ternyata suamiku diam-diam menyelesaikan sebuah novel kisah nyata dirinya bersama anak didiknya yang dulu.
Aku langsung menjawab, kalau aku tidak bisa menulis. Trus kata beliau, tulis aja sesukanya. Ihhh gimana sih orang juga tidak tau mau nulis apa. Langsung aja aku tinggalkan suamiku begitu saja. Namun suatu saat aku pun berpikir. Iya juga ya. Menulis itu pekerjaan yang ringan tapi menghasilkan. Tugas kita hanya baca banyak buku, trus tulis, tulis dan tulis. Penekanan kata tulis yang diulangi sampai tiga kali menunjukkan bahwa menulis itu penting. Dengan menulis kita akan tau keunikan tulisan kita sampai di mana. Itulah salah satu ilmu yang amat berharga kudapatkan dalam salah satu forum menulis tahun 2017.
Foto bersama teman-teman di Forum Lingkar Pena
Jatuh Hati Pada Menulis
Hatiku mulai terpaut dengan goresan pena dari beberapa penulis best seller. Menikmatinya dengan membaca, kemudian mengasah tulisan dengan berbagai event. Alhamdulillah dari event yang berlangsung aku menelurkan beberapa buah buku antologi. Semangat menulisku pun mulai tumbuh dan mengalami percepatan. Hingga aku tidak puas dengan hal yang sama. Aku mencari event lainnya. Salah satunya adalah menjadi narablog atau blogger.
Aku mengenal blogger juga saat mengikuti pelatihan di Forum Lingkar Pena. Di sana memang tidak diajarkan bagaimana membuat sebuah blog. Akan tetapi hanya penjelasan umum disebabkan kami saat itu harus memposting tugas mingguan yang diberikan melalui blog. Aku tidak menyerah, aku mencari tau dan bertanya sama kakak mentor. Beliau bernama Mbak Rima. Diajarkanlah aku sampai bisa memposting konten di blog dan mempubikasikannya. Duuh rasaya seperti mendapat hadiah dari langit aja. Semua dimudahkan.
Rasa Penasaran Yang Tinggi Terhadap Narablog Atau Blogger
Penasaranku akan blog tidak berhenti sampai di situ saja. Aku pun mulai mencari akun mana saja yang memberikan keaktifan bagi para perempuan untuk aktif menulis. Sampailah hatiku pada @bloggerperempuan dan @emak2blogger. Salah satu dari mereka telah membuatku memaksa menulis selama sebulan baru-baru ini. Yakni melalui “Challenge menulis selama 30 hari” oleh akun bloggerperempuan. Hasilnya, dari ribuan yang ikut, hanya seratusan lebih yang berhasil menyelesaikan challenge tersebut. Salah satunya adalah aku. Sebagai penghargaan dari mereka, maka diberikan sertifikat dan bingkisan inspiratif yang membangkitkan semangatku untuk menulis di konten blog. Apalagi blog lagi ngetren-ngetrennya nih di masa era digital sekarang.
Narablog Mampu Memberikan Kepuasan Pribadi Dan Menambah Income
Sama seperti menulis, seorang narablog atau blogger pastinya ingin mengasah tulisannya agar lebih menarik dan bisa menghasilkan income untuk diri sendiri. Tentunya melalui lomba konten blog yang banyak diadakan di beberapa media sosial. Ditambah lagi dengan rutinitas blogwalking yang bisa mengundang pengunjung ke blog kita secara tidak langsung.
Nah bagi teman-teman yang berminat, kalian bisa mengikuti event blog kali ini yang diadakan oleh mas nodi. Link blognya adalah http://www.nodiharahap.com
Aku berharap kita bisa saling bersinergi di tahun 2019 ini. Mungkin resolusi kita berbeda, tapi setidaknya kita punya ambisi yang mampu membakar semangat kita untuk tetap menulis dan terus menulis. Resolusiku di tahun ini adalah aku ingin lebih aktif, baca, nulis di blog dan menjadi problem solving di sekitar lingkunganku. Seperti cara pengolahan sampah yang baik menuju zerowaste, pemeliharaan sayur hidroponik dengan nutrisi yang digunakan adalah pupuk organik cair yang dihasilkan dari limbah dapur, dan membuat taman bacaan yang indah bagi anak didikku (kebetulan aku mengajar literasi).
Semoga semua itu akan terwujud dengan nyata dan indah pada waktunya. Bagaimana dengan kalian? Apa yang akan kalian lakukan? Apapun itu, seperti kata AA gym, lakukanlah mulai dari yang kecil, mulai saat ini dan segera.
Hebat kak bs menyelesaikan challenge dr BPN, smg tetap menginspirasi yah kak :)
ReplyDeleteAamiin. Makasih mas Joe candra
ReplyDelete