Menuju
Rumah Nol Sampah? Mengapa Tidak
Posted
by ana_susan, April 10, 2019, 11:40
Pic by me in Canva
“Menuju
NOL SAMPAH, bukan menjadikan kita sebagai malaikat. Tapi menjadikan kita
sebagai manusia yang lebih peduli dan bertanggung jawab”(DK Wardhani).
Itulah sebait kalimat yang pertama kujumpai saat menerima
sebuah buku karangan DK Wardhani semalam pada pukul 08.00 malam (tanggal 9
bulan April 2019). Sebuah buku yang telah lama kutunggu untuk kujadikan pedoman
dalam pengolahan sampah di sekitar rumahku.
Aku telah lama tertarik dengan pengolahan sampah. Awalnya,
sampah-sampah yang ku olah hanya seputar menjadikannya sebagai pupuk kompos dan
pupuk cair saja. Sampah-sampah tersebut berasal dari sampah organik dapur. Bagaimana
dengan plastik? Semua ku buang ke tempat sampah. Aku kira dengan hanya dibakar
akan selesai masalahnya. Tapi ternyata tidak. Asap yang ditimbulkan akibat
pembakaran sampah plastik ternyata mempengaruhi tanaman di sekitarnya.
Pengetahuan yang kudapatkan hanya melalui video yang ada di
youtube dan beberapa buku pengolahan sampah. Semakin banyak yang kutonton dan
kubaca semakin beragam cara pengolahan yang ditampilkan.
Eksperimen demi eksperimen terus aku lakukan, demi
membuktikan semua yang telah diperagakan melalui youtube maupun tulisan yang ada dibuku.
Alhamdulillah, hampir 70 persen telah berhasil dilakukan. Sejalan waktu
berlalu, tanpa disengaja aku menemukan orang yang benar-benar serius dalam
pengolahan sampah. Bahkan dia menyebutkannya sebagai Zero Waste.
What?
Zero Waste? Really? Hmmm.
Wahhhh, artinya, sampah itu benar-benar nol tak bersisa. Tapi
how can be??....
Tertarik??... Pasti. Senyumku pun sumringah. Semangatku
menggebu-gebu. Ada seorang ibu, tamatan Magister Urban Design ITB yang ikhlas
melepaskan jabatannya sebagai dosen di salah satu Universitas Brawijaya. Beliau
lepaskan semua itu bukan tanpa tujuan yang pasti. Yah Ibu DK Wardhani mendampingi
anak-anaknya menjalani sekolah rumah (homeschooling) sambil mempelajari
pengolaan sampah yang harus diselesaikan dari hulu dengan pendekatan pola konsumsi
dan gaya hidup.
DK Wardhani pun bertekad untuk berbagi dalam bentuk yang
lain. Salah satunya melalui akun Instagram miliknya @dkwardhani. Teman-teman
bisa bertanya langsung dengan beliau. Dijamin deh bakal jatuh cinta dan terus
menerus penasaran dengan semangatnya.
Pucuk
di Cinta Buku Pun Tiba
Dari sampul bungkusan luar saja telah mencirikan bahwa akan banyak
penjelasan tentang zero waste yang aku nantikan.
Pic by me in Canva
Kalian lihatkan pada bagian pojok kiri bawah tertulis “Gunakan lagi Aku…” Satu kalimat yang
memiliki makna luas. Membuat semua yang akan dibahas dalam buku yang ada di
dalamnya pasti sangat mengundang perhatian orang banyak. Tentunya para
emak-emak. He he.
Mau tau apa saja yang di bahas dalam bukunya yang telah memasuki
cetakan kedua ini? Kuy kita ulas secara umum isinya ya. Tentunya tidak semua
akan aku berikan. Pastinya aku akan membuat kalian penasaran dengan buku ini. Kenapa??
Karena aku sendiri telah dibuatnya penasaran sebulan yang lalu. Jadi biar rasa penasarannya
seri gitu. He he he.
Pic by me in Canva
Review
Sekilas Buku
Judul :
Belajar Zero Waste, Menuju Rumah Minim Sampah
Pengarang :
DK Wardhani
Tahun terbit: 2019
Penerbit :
Bentala Kata, Imprint Ruma Main Anak (RMA)
ISBN :
978-623-90233-0-0
Illustrator :
Enrica Rinintya dan Okta Zaida
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana mengolah sampah secara
perlahan, bertahap dan fokus dalam mencapainya. Perjuangan untuk mencapainya di
awal sangatlah sulit, mengingat hanya kita sendiri sebagai peran emak yang
mungkin peduli. Namun, jika kita telah melibatkan seluruh anggota keluarga,
segalanya akan menjadi indah.
Buku ini juga memberikan inspirasi banyak orang, bahwa
menuju rumah minim sampah itu tidaklah sulit. Kita bisa menolkan sampahnya
hingga petugas sampah akan bertanya kemanakah sampah yang kita miliki? Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah pun akan merasa senang jika lokasinya bebas sampah atau
minimal sampah-sampahnya telah terpilah dengan baik.
Buku ini juga menjelaskan, bagaimana sampah itu terjadi. Selesainya
masalah sampah di rumah kita, namun menjadi masalah besar di TPA. Seperti TPA
Supit Arang, TPA Talang Agung, TPA Luwi Gajah, TPA Bantar Gebang dan masih
banyak lagi. Seolah menjadikan aktivitas tersebut sebagai bom waktu. Kumpul-angkut-buang adalah sederetan
kegiatan yang telah berlangsung setiap hari.
Yah, dibuang jauh dari pandangan mata kita, akan tetapi bom
waktu itu akan meledak sewaktu-waktu di TPA. Populasi penduduk dan bertambahnya
sampah yang terus menerus akankah membuat hati kita terbuka untuk mengolahnya?
Belum lagi masalah pembuangan sampah yang mengalir hingga
ke lautan. Berapa banyak hewan yang telah mati karena tersangkut atau
mengkonsumsi sampah plastik yang mereka kira adalah makanan? Oh manusia yang
telah diberikan akalnya oleh yang maha kuasa. Dimanakah empatimu pada lingkungan?
(halaman 26-27).
Membaca buku ini seakan hati ini teriris-iris dibuatnya. Dengan
melihat dampak yang terjadi pada makhluk di sekitar kita. Sedih pastinya,
greget untuk terus menggerakkan pengolahan sampah sudah pasti akan kita
lakukan.
Hal yang lebih menakjubkan lagi dalam buku ini adalah kita tidak
hanya diberitahukan tentang sampah dan dampaknya saja, akan tetapi lebih kepada
bagaimana cara pengolahan sampah yang baik dan benar. Semua dijelaskan
step-stepnya dengan mudah tanpa merasa skeptis dibuatnya. Bahan-bahan pelengkapnya
juga tidak sulit untuk didapatkan.
Kuy, kita mulai dari rumah kita dulu ya wahai para
emak-emak strong. Peran besar kalian ada di dalamnya. Kalianlah yang akan
menjadi pelopor utama untuk menggerakkan anggota keluarga agar minim sampah. Kalianlah
yang sering berada di dapur.
Tanaman Cabe Rawit Menggunakan Pupuk Organik Cair (Pic by me in Canva)
Bukanlah suatu hal yang mustahil jika suatu saat kita akan
menikmati hasil yang luar biasa dari usaha yang telah kita lakukan.
Jangan pernah memikirkan bagaimana dengan orang lain yang
tidak melakukannya, tapi pikirkan bagaimana cara kita untuk terus kritis
terhadap permasalahan sampah serta memberi hal yang terbaik untuk lingkungan
kita.
#zerowaste
#gerakanminimsampah
#bercerminpadadirisendiri
Wah mbak..menginspirasi sekali ini. Jadi pengen baca bukunya juga
ReplyDelete