Perpustakaan Unsyiah, Impian Para Pencinta Literasi


Perpustakaan Unsyiah, Impian Para 
Pencinta Literasi
Posted by ana_susan, 11 Maret 2020


Pic by Pustaka Unsyiah edited by ana_susan

Siapa sih yang tidak kenal dengan perpustakaan? Yah, betul. Di sana terdapat banyak buku yang tersusun rapi di setiap rak. Ruangan yang apik, tidak boleh berisik, tidak boleh makan dan minum serta penjaga yang no smile. Setidaknya itulah gambaran perpustakaan bagiku saat duduk di sekolah dasar.

Terkadang, hasrat untuk kembali ke sana juga mikir dua kali. Dengan penjaga yang tidak ramah membuat nyaliku sebagai pelajar ciut. Boro-boro mau pinjam buku, masuk saja tidak berani. Tapi tak apalah, wong bukunya juga yang itu lagi, itu lagi. Jadi bosan kan? Pantes saja minat baca anak-anak sekolah dasar itu kurang, ternyata bukunya pun tidak bervariasi.

Padahal, jika saja buku-buku yang tersedia beraneka, dengan pelayanan yang friendly serta suasana yang memungkinkan untuk bisa makan atau setidaknya mendapatkan makanan dan minuman tidak jauh dari perpustakaan, pasti betah para pelajarnya.

Satu lagi, minat baca itu, harus tumbuh sejak kecil, karena pembiasaan yang dilakukan sejak kecil itulah akan menjadi karakter hingga dewasa. Sehingga akan menjadi manusia yang gemar membaca.
Saat aku beranjak ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang namanya perpustakaan itu malah tidak tersedia, padahal sekolahku adalah sekolah negeri. Baru setelah tamat SMP menuju Sekolah Menengah Atas (SMA) kutemukan bibliotek atau perpustakaan.

Senang sih, namun entah mengapa aku tuh tidak merasa kerasan untuk berada di sana. Mungkin kupikir karena ruangannya kecil, dan buku yang tersedia juga tidak begitu banyak. Jumlah peminjaman buku juga sedikit. Huk huk. Kesiaann.

Kebutuhanku akan taman pustaka masih berlanjut hingga aku sekolah pasca sarjana. Laporan yang harus terkumpul seminggu sebanyak lima laporan, belum lagi tugas dari para dosen menyangkut literatur dari jurnal yang harus dibaca bahkan sampai penyusunan tesis pun menuntut buku yang beragam untuk dijadikan referensi.

Untuk memenuhi itu semua, agar beasiswa pasca tidak tersedot dengan pembelian buku, maka alternatif lain yah harus ke bibliotek. Gedung yang terletak di tengah-tengah universitas itu membuat aku harus selalu mampir setelah selesai ikut mata kuliah pasca.

Jika dilihat dari posisinya, lumayan stategis dibanding perpustakaan yang kukenal saat SD dan SMA dulu. Apalagi waktu itu letaknya di belakang, fasilitas yang tidak mumpuni dan pelayanan yang tidak ramah. Namun perpustakaan yang kukenal saat kuliah pasca lumayan nyaman. Tapi ya tetap saja ada kekurangannya. Seperti ketersediaan buku penunjang, stok buku yang dicari sedikit dan harus menggandakan beberapa buku yang memang tidak boleh dipinjamkan.

Impian Perpustakaan Sendiri

Setelah tamat dari kuliah pasca, barulah aku punya impian kalau ingin membuat perpustakaan sendiri. Alhamdulillah hal itu terwujud. Meskipun perpustakaan yang didirikan dan berada di bawah sebuah yayasan, hanyalah sebuah perpustakaan kecil yang bernama “Ruang Baca”.


Kegiatan di "Ruang Baca", pic by ana_susan


Target awalku ingin menarik minat baca anak-anak kampung yang cinta literasi. Mereka tinggal di sekitar tempat tinggalku. Caranya dengan menyediakan permainan, story telling, menggambar bebas, dan masih banyak lagi yang sifatnya mendidik. Kegiatan itu dilakukan setelah mereka membaca buku.

Dalam kegiatan itu juga diselingi dengan makan dan minum gratis. Wahh, pastinya mereka senangkan dengan semuanya. Yah, walaupun yang datang anaknya itu-itu saja. Hanya nambah satu dalam sebulan. Tapi tidak apalah, kuharap suatu saat mereka akan bertambah jumlahnya.


Impian Ruang Baca Seperti Perpustakaan Unsyiah


Setiap orang pasti punya impian bukan? Ada impian besar, kecil dan sedang. Semuanya tergantung sejauh mana orang tersebut yakin akan impian yang telah dirancang. Jika impian telah terwujud, langkah selanjutnya adalah menjalankan dengan baik dan disiplin.

Suatu hari aku pernah berpikir, mengapa ya orang tidak suka membaca? Setelah lama berpikir, ternyata faktornya hanya dua. Faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya dimulai dari keluarga. Jika salah satu saja dari anggota keluarga suka membaca buku, maka pastinya akan ada yang mengikuti. Demikian sebaliknya.

Membuat salah satu ruang dipenuhi buku serupa dengan perpustakaan kecil, juga bisa memberi motivasi untuk membaca. Atau membeli buku kesukaan anak-anak saat dia telah menyelesaikan kewajibannya juga oke.

Kalau faktor eksternal lebih kepada kunjungan ke tempat-tempat yang dipenuhi buku. Misalnya toko buku dan perpustakaan. Antara faktor internal dan ekternal sangat bersinergi. Jika faktor internalnya oke, maka secara tidak langsung akan mendorong si pencinta buku ke faktor ekternal. Jadilah orang tersebut ke perpustakaan atau sekedar mampir ke toko buku.

Perpustakaan misalnya. Yang ku tahu haruslah memberi banyak wawasan, nyaman dan memiliki pelayanan yang memuaskan. Seumur-umur aku menikmati yang namanya perpustakaan, hanya “UPT.Perpustakaan Unsyiah” lah yang sangat berkesan di hati. Semua impian yang ku elu-elukan selama ini ada di sana.

Ada beberapa alasan, mengapa aku sebagai salah satu pencinta literasi, sangat menyukai “UPT.Perpustakaan Unsyiah”. Pastinya kalian juga akan tertarik untuk segera berkunjung ke sana. Mau tau alasan apa saja sehingga aku suka?

1. Struktur Kelembagaan yang Rapi

Ibarat sebuah rumah. Haruslah memiliki penopang atau tiang-tiang yang kokoh agar rumah tersebut tidak roboh. Demikian juga struktur sebuah lembaga. Jika struktur kelembagaannya tidak berada pada satu kesatuan, maka sudah dipastikan lembaga itu akan rapuh alias tidak berjalan dengan baik.


Pic by Perpustakaan Unsyiah


Struktur lembaga dari UPT Perpustakan Unsyiah sangat rapi. Hal ini membuat aku mengimpikan ruang baca yang ku kelola sekarang pinginnya seperti itu. Hi hi. Semoga, aamiin.

2. Koleksi yang Beragam

Bagi pencinta buku, tentunya sangat menyukai perpustakaan yang dipenuhi oleh bermacam-macam buku. Bagiku pribadi, sebagai pengalaman saat mencari buku yang dituntut urgen harus dapat sesuai waktu yang ditentukan, tentunya “UPT.Perpustakaan Unsyiah” menjadi pilihan. Mengapa coba?

Saat ini, perpustakaan Unsyiah memiliki koleksi 99.351 judul atau 119,889 eksemplar. Koleksi itu tersebar dalam berbagai jenis, seperti buku teks, jurnal, laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buku referensi, laporan penelitian, CD-ROM dan dokumentasi. Tidak hanya itu, e-book dan e-journal penerbit internasional juga terhidang di sana.

Jadi aku tidak perlu khawatir lagi dengan wajah yang kecewa saat ingin ke perpustakaan. Karena di perpustakaan unsyiah jauh lebih lengkap.

3. Letak Gedung Strategis dengan Desain Ruang menarik

Berbeda dengan perustakaan yang kukenal dulu, sudah letaknya di belakang, ruangnya pun kecil sehingga terlihat kurang menarik.Nah, kalau perpustakaan Unsyiah, letak gedungnya sangat strategis, yaitu berada di tengah-tengah kampus Unsyiah.

Lebih tepatnya di Jalan T. Nyak Arief Kampus Unsyiah, Darussalam banda Aceh. Kalau pingin tau lebih jauh bisa langsung klik http://library.unsyiah.ac.id/ atau http://uilis.unsyiah.ac.id/oer.

Perpustakaan yang berdiri sejak tahun 2017 ini memiliki desain ruang yang sangat menarik. Yang paling penting ada cafe yang menyediakan makanan dan minuman. Saat otakku diperas setelah membaca buku, aku tidak pusing-pusing mencarinya di luar perpustakaan.


4. Peminjaman Buku yang Banyak dan Pelayanan yang Istimewa

Kebayang tidak? Jika pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku dan buku yang dipinjam pun dalam jumlah yang sedikit! Belum tentu yang dipinjam ada semua dengan yang kita butuhkan. Ditambah lagi jadwal peminjaman dan layanan buka maupun tutup dari perpustakaan itu sendiri terbatas.

Nah, kalau di perpustakaan Unsyiah, buku yang boleh dipinjam sebanyak tujuh eksemplar berbeda dengan perpustakaan yang pernah kusambangi hanya terbatas pada tiga eksemplar.

Pic by Perpustakaan Unsyiah


Pelayanannya juga istimewa. Dari Senin sampai minggu dengan waktu-waktu tertentu. Coba kalau saat sekolah atau kuliah dulu ada pelayanan istimewa seperti ini, pastinya semua tugas-tugas akan cepat selesai dan sesuai waktu yang ditentukan. Ditambah lagi penjaga pustakanya ramah. Duh dijamin betah deh selalu ke perpustakaan.

Pic by Perpustakaan Unsyiah

5. Adanya Kegiatan Universitas Libarary Fiesta (ULF) yang Berkala

Salah satu perhatian sebuah lembaga pada pencinta literasi adalah menyediakan wadah yang bisa menyalurkan berbagai bakat pencintanya. Karena setiap pencinta literasi tentunya memiliki bakat tertentu selain membaca buku. Bakat inilah yang nantinya bisa membentuk dirinya untuk saling bersosialisasi antar sesama. Jadi tidak hanya fokus pada buku saja.

Persaingan yang sehat dan mendidik akan menjadikan para pencinta literasi membentuk dirinya menjadi manusia yang berpotensi di berbagai bidang.

Pustaka unsyiah sendiri misalnya, selalu melaksanakan ULF secara berkala. Tahun 2020 ini diusung dengan lomba “Unsyiah Library Fiesta 2020”. Kegiatannya meliputi : lomba Akustik (kreativitas dalam bermusik), blog, baca puisi, cipta puisi, debat bahasa Indonesia dan shelving book (menata kembali buku-buku yang telah digunakan ke rak buku sesuai dengan kode dan nomor yang telah diklasifikasikan).

Kalau kamu mau pilih lomba yang mana? Silahkan dipilih ya sesuai dengan keahlianmu. Jadi benarkan, perpustakaan Unsyiah itu tidak hanya tempat untuk baca buku saja bagi pencinta literasi.

Dengan kelima alasan itulah mengapa aku sangat mengimpikan perpustakaanku nantinya seperti perpustakaan Unsyiah. Tidak hanya “educate” dan “captivate”, tapi juga “connect”. Jadi membuat aku dan para pencinta literasi lainnya akan betah dan berlama-lama di sana dan tentunya tidak pindah ke lain hati.

Sumber :




No comments

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).