Bercermin Pada Anak Dalam Menebar Kebaikan

Bercermin Pada Anak Dalam 
Menebar Kebaikan
Posted by ana_susan 30 April 2020


“Umi, ada uang kertas tidak?” tanya Aisyah suatu hari.
“Untuk apa sayang?” jawabku singkat.
“Untuk dimasukkan dalam kencleng yang akan didonasikan ke orang Palestina,” jelasnya sambil memperlihatkan kotak persegi yang bergambar anak Palestina.



Aku pun tersentak dengan teguran santunnya. Telah lama kotak itu berada di kamarku. Namun beberapa waktu lalu aku harus menata ruang rumah dan kencleng itu entah berada di mana karena pindahan. Aku pun jadi lupa untuk mengisinya setiap hari.

Aisyah menyimpan kencleng itu di atas lemari bajunya sendiri. Ternyata uang jajan yang sering aku berikan padanya, sebagian dimasukkan ke dalam kencleng tersebut. Jika uang jajannya habis, dia akan minta lagi di hari berikutnya serta menyisihkan uang kertas seperti biasa.

Kencleng tersebut disebarkan oleh teman suami pada sekolah suamiku. Hal ini dilakukan agar para anak didik dibentuk untuk ingat pada orang lain yang sedang membutuhkan.

Setelah donasi semua peserta didik dirasa penuh, baru kemudian dikirim olehnya ke Palestina. Sebuah bentuk kebaikan rutin yang sederhana yang bisa dilakukan untuk orang lain.

Belajar Dari Petani



Foto : Dokumen Pribadi. Padi yang telah menguning sebagai hasil kebaikan dari petani

Sejauh mata memandang, hanya ada hamparan sawah yang siap dituai padinya oleh sang penuai. Rasa lelah yang terakumulasi membuat sosok bertopi dan memegang pacul itu memberi senyuman pada hasil tuaiannya.

Betapa tidak, padi yang berawal dari benih. Lalu dirawat dengan cara memberi pupuk maupun menyiramnya dengan aliran air. Setelah itu, pekerjaannya belum selesai. Dia harus menunggu dan mengawasi beberapa minggu kemudian. Saat padi mulai menguning, tak dibiarkan seekor burung pun menghampiri tanaman padi.

Lantas, apa yang didapatkan setelah itu? Yah HASIL PANEN. Hasil panen inilah yang akan dia dapatkan dan akan dirasakan pula oleh orang banyak. Kita hanya menikmati hasilnya saja, namun mereka menikmati hasil panen dengan perjuangan yang amat panjang serta melelahkan.

Itulah kebaikan yang telah dilakukan oleh para petani. Kebaikan apapun yang dia lakukan, sejatinya adalah untuk dirinya sendiri (yaitu mendapatkan hasil panen yang memuaskan).

Menebar Kebaikan di Mana Saja

"Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri..".(QS Al-Isra':7)

Ayat di atas memberi penjelasan pada kita, bahwasanya kebaikan itu merupakan amalan soleh kita. Amalan yang dicontohkan oleh Rasulullh SAW beserta sahabatnya.

Amalan itu bisa dalam bentuk apa saja. Asalkan kita melakukannya dengan hati yang ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Begitu luasnya ladang kebaikan yang Allah sediakan pada kita. Seluas langit dan bumi. Hanya saja kita buta dalam pelaksanaannya.


Foto: Dokumen Pribadi, desain pribadi di Canva


Bercermin dari Aisyah dengan segala kepolosannya, kadang membuat aku serasa ditampar tidak langsung. Keantusiasannya dalam memberi makan kelinci, menyayangi kucing dan memberi makan ikan adalah bentuk dari empatinya yang murni.

Belum lagi ucapan cinta, yang kadang aku sebagai orang tua lupa. Lupa disebabkan keegoanku yang berada di depan. Padahal bentuk kesederhanaan itulah yang menjadi tambahan kebaikan bagi kita.


Masih Bingung Cara Menebar Kebaikan ?

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (QS Al-Zalzalah:7).

Dalam situasi pandemi Covid-19, kadang kita berpikir bingung untuk melakukan kebaikan. Mengingat tidak bisa memberi langsung pada orang yang membutuhkan disebabkan pemberlakuan social distance.

Namun, jika berangkat dari ayat di atas, kita tidak perlu bingung. Mengapa? Karena kita telah dibekali ragam nikmat.

Ada tangan yang bisa digunakan untuk membantu atau bersedekah dan berzakat. Dimana dengan bersedekah dan berzakat itu kita telah memberi sebagian ruang kebahagiaan untuk orang lain.

Ada mulut dan lidah yang bisa digunakan untuk tilawah dan berbagi ilmu pengetahuan pada orang lain. Dan masih banyak lagi.

 Lalu kesulitan apalagi yang kita keluhkan?

Zakat Sebagai Bentuk Kebaikan Pada Sesama

“Umi, zakat itu apa?” tiba-tiba Aisyah membuyarkan lamunanku yang sedang menikmati suasana Gunung Salak.

Zakat itu adalah salah satu rukun Islam. Secara bahasa artinya bersih, suci, berkah dan berkembang. Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan. Semua diberikan pada orang yang benar-benar membutuhkan,” jelasku.
.
“Umi sudah zakat?” tanyanya lagi.

Lagi-lagi anak gadisku mengingatkanku pada kebaikan.

Aku sangat bersyukur memiliki anak yang sering mengingatku pada kebaikan. Usianya yang muda tidak menjadikan aku kesal atau bersikap acuh, namun sebagai teguran dari Allah atas kealpaanku. Meski tindakan kebaikan itu selanjutnya adalah suami sebagai kepala keluarga yang akan menyalurkan zakatnya.

Mudahnya Penyaluran Zakat Melalui Dompet Dhuafa


Foto : desain pribadi di Canva

Suamiku biasanya menyalurkan zakat pada kepala RW. Kemudian kepala RW mendistribusikannya ke masyarakat yang membutuhkan. Tapi kadang kala di beberapa daerah lain terjadi penyalahgunaan dana zakat. Sehingga dana tersebut tidak pernah sampai ke penerima zakat.

Ada sebuah lembaga yang telah berdiri sejak 25 tahun yang lalu tepatnya  pada 4 September 1994. Lembaga ini bernama dompet dhuafa. Ada sekitar 130 program pemberdayaan umat di sana. Diantaranya mencakup di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial budaya dan dakwah.


Foto : dompetdhuafa.org, desain by pribadi di canva


Semuanya bergerak untuk memberdayakan umat manusia di bidangnya masing-masing. Amir, misalnya seorang pecandu narkoba yang berubah 180 derajat menjadi berdaya dan bermanfaat. Semua karena Allah dan juga zakat dari donatur yang berdonasi di dompetdhuafa.org.

Tenang saja, jangan takut dengan lembaga ini. Karena lembaga ini telah dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) oleh Kementrian Agama sejak 2001. Levelnya juga bertaraf nasional. Artinya siapapun dan di mana pun orang berada bisa menyalurkan zakatnya di dompet dhuafa.

Pilihan cara membayar zakatnya pun terbilang lengkap. Dapat melalui antarbank, online, bahkan jika kita sibuk, zakat juga bisa dijemput oleh mereka ke tempat kita.

Selain itu, mereka juga menyediakan fitur kalkulator zakat di laman resminya. Fitur ini sangat membantu kita untuk menghitung kewajiban zakat yang harus dikeluarkan secara tepat.

Jadi, mudahkan! Masih menganggap sulit untuk berzakat sebagai salah satu kebaikan berbagi? No, semua kebaikan jelas melimpah dan ada di mana-mana. Tak terhitung jumlahnya dan pastinya, waktu 24 jam dalam sehari adalah masa yang cukup sebagai bentuk kebaikan berbagi kita pada sesama.

Jangan pernah takut untuk menebar kebaikan apapun, meskipun hanya bercermin pada seorang anak kecil. Yakinlah apapun yang ada di alam ini sebabagi fenomena untuk lebih memperhatikan antar sesama.

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya (HR.Muslim)”

Bagaimana pendapat teman-teman? Silahkan tulis pengalaman kalian ya selama berzakat dan menebar kebaikan di kolom komentar.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

No comments

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).