Kenangan Terindah Saat Berbuka Bersama
Keluarga
Posted by ana_susan I May 28, 2019
pixabay.com
“Taman yang paling indah hanya
taman kami, taman yang paling indah hanya taman kami”.
Pernah dengar lagu itu? yah, di Taman Kanak-kanak kan ya. Tapi jika aku
ganti liriknya boleh ya. Jadinya seperti ini.
“Buka yang paling indah hanya
buka bersama, buka yang paling indah hanya buka bersama. Cocok tidak? He he”.
Sebenarnya sih aku
pingin cerita sedikit tentang berbuka puasa bersama keluarga. Siapa sih yang
tidak menginginkannya? Saat – saat indah itu mesti terulang kembali.
Kenangan Berbuka Saat
Kecil
Di rumah itu kita
menunggu beduk bersama kakak dan adik. Kadang ada yang sambil nonton televisi,
kadang juga bermain congklak atau mainan apa saja yang bisa menunda perut yang
mulai keroncongan karena lapar.
Belum lagi pingin
bukaan yang bermacam-macam. Satu anak pingin pisang goreng, satu anak pingin
mie goreng dan satu lagi pingin kentang goreng. Duuhhh, masya Allah, mama
dengan hati gembira menyiapkannya tanpa berkata tidak mau. Semua dikerjakan
sendiri. Nah, kami ngapain? Main. Astagfirullah. Hmmm
Itulah ibu, dia
tidak pernah mengeluh dengan kata capek, padahal kita tahu pekerjaan yang
dilakukan segambreng. Dia juga tidak pernah marah, kecuali jika kita tidak
makan yang sudah di masaknya. Saat berbuka pun masih saja sibuk di dapur. Ada
saja yang dikerjakannya. Masya Allah. Semua memori itu masih terekam di kepala
ku.
Kenangan Berbuka Saat
Dewasa
Tidak sempat ma,
banyak tugas kuliahan ma, dan masih banyak alasan yang kita katakan. Padahal saat
itu ibu kita butuh bantuan kita. Namun apa beliau marah? Tidak, sekali lagi
tidak. Dia tidak pernah marah. Dia hanya berkata, tugasmu kuliah dan belajar
yang benar ya. Yang penting kamu cepat lulus lalu kerja.
Berbuka bersama pada
masa dewasa sangat berbeda, mama dan papa sudah mencium jarak ketidak bersamaan
kami saat berbuka. Kadang aku harus berbuka di jalan menuju rumah, karena baru
pulang praktikum atau penenelitian. Namun bagi mereka hal itu bukan masalah.
Hanya saja aku
merasa kehilangan momen untuk berbuka seperti di masa kecil.
Kenangan Berbuka
Setelah Menikah
Masa inilah yang
paling tersulit menurutku. Jauh dari keluarga, dirantau pula, pulang belum
tentu pas Ramadan. Kesibukan pekerjaan, THR tak kunjung datang. Pas datang
malah tiket pulang melonjak tinggi.
Semua orang
berebutan untuk bisa berbuka bersama keluarga. Namun tertunda karena beberapa faktor
tadi. Akhirnya apa tindakan selanjutnya? Yah, kami mengusahakan pulang pas
momen lebaran.
Awalnya sedih? Pasti
dong. Yang biasa makanan telah tersedia, sekarang harus menyiapkan masakan
sendiri untuk keluarga. Yang biasanya makanan khas daerah disajikan, sekarang
belum tentu masakan daerah yang kita masak seenak mama kita yang masak. Pokonya,
rindu ini membuncah deh saat Ramadan tiba, apalagi saat lebarannn. Huk huk huk.
Kalau kata mama,
sabar, semua akan indah pada waktunya. Yah, aku mendengar semua nasehatnya. Karena
memang hakekatnya manusia itu, lahir, tumbuh, menikah, wafat. Sebaik-baik yang
dia tinggalkan adalah kebaikan dirinya.
Meskipun harus jauh
dari keluarga besar, setidaknya menjadikan kita lebih dewasa menyikapi diri
bahwa sekarang kitalah yang berperan sebagai orang tua. Yang terpenting
sekarang kita pun bisa merasakan bagaimana capeknya mama kita menyiapkan
keperluan kita. semoga kita bisa menjadi strong seperti ibu yang melahirkan
kita. Aamiin.
No comments
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).