“Jika dipanen, sejuta hektar hutan sagu mampu memenuhi
kebutuhan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia pun tidak perlu menunggu impor
beras dan gula karena sagu tersedia secara gratis”
Kebakaran hutan
hampir setiap tahun terjadi di
Indonesia. Memasuki musim kering awal bulan Juli 2019, kebakaran lebih banyak
terjadi di sejumlah wilayah terutama daerah Sumatera dan Kalimantan. Apalagi di
musim kering ekstrim (El nino)
seperti sekarang ini.
Pentingnya Hutan
Indonesia
Hutan adalah
kawasan luas yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan baik tumbuhan kayu
maupun non kayu. Penyebarannya dapat ditemukan di daerah tropis, beriklim
dingin, dataran rendah dan dataran tinggi. Atau dapat dikatakan bahwa hutan
dapat ditemukan di pulau-pulau kecil maupun di benua yang besar.
Indonesia
merupakan negara yang dianugerahi hutan yang sangat luas dan beraneka ragam
jenisnya. Hutan ini sendiri merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(UU No.41 tahun 1999).
Ekosistem hutan
memiliki hubungan yang sangat kompleks. Hutan dibutuhkan oleh para hewan yang
ada di dalamnya. Layaknya rantai makanan yang tidak pernah putus. Faktor iklim,
tanah dan air akan menentukan jenis kehidupan hewan maupun tumbuhan yang ada di
hutan.
Sebagai hutan
ketiga terluas di dunia, Indonesia memegang peranan penting. Apalagi sebagian
besar hutannya berasal dari Kalimanatan dan Papua. Menurut data Forest Wacth Indonesia (FWI),
sekitar 82 hektar daratan Indonesia masih tertutup hutan.
Hal ini
adalah sebuah prestasi yang membanggakan, karena peran hutan adalah sebagai
penyeimbang alam. Potensi energi mikrobiologinya sangat dibutuhkan oleh dunia. Senior Advisor for Terresterial Policy The
Nature Conservancy, Wahjudi Wardoyo mengatakan, menambahkan bahwa energi
mikrobiologi ini hanya ditemukan di hutan tropis dengan keanekaragaman
hayatinya.
Nasib Hutan Sagu di
Papua
Berdasarkan data yang dirilis oleh Gilberd Yakwart, pelaksana harian
kepala Biro dan Protokol Setda Papua mengungkapkan Meranti sebagai daerah
penghasil sagu nasional berkualitas premium. Pasalnya, pengolahan sagu di
Meranti sudah sangat baik. Padahal bahan baku terbesar terletak di Papua.
Gilberd juga
menambahkan jika hasil bumi seperti sagu ini dikembangkan tanpa kreasi dan
kreativitas, maka akan terlihat biasa saja. Namun, jika dikemas dengan inovasi
tinggi, dia yakin banyak konsumen menilik sagu sebagai produk unggulan atau pangan dari hutan.
Kemungkinan besar lainnya, Indonesia
tidak perlu ada impor beras, karena sagu telah tersedia secara gratis sebagai
pangan alternatif pengganti beras. Penanamannya juga mudah, tanpa harus
membersihkan lahan, memupuk, atau memberantas hama.
Pada kawasan sentra sagu di Riau atau
Papua, 100 pohon siap panen per hektar per tahun. Setiap pohon menghasilkan
200-400 kg tepung sagu sehingga produktivitas setiap hektar lahan 20-40 ton
tepung sagu. Potensi sagu dari luasan 5.5 juta hektar itu mencapai 110-220 juta
ton tepung sagu. Kebayangkan jika penghasilan ini dinikmati oleh seluruh
masyarakat Indonesia?
Hutan Sagu Yang tertidur
Berbagai lembaga riset mengatakan, data varietas sagu di Indonesia belum
terkumpul secara detail. Hal ini sangat berbeda dengan varietas padi unggul
yang banyak variasinya. Malah yang terakhir terdengar adalah sagu Meranti asal
kepulauan Meranti propinsi Riau.
Di Papua ada
pohon sagu bernama “para”. Pohon sagu ini mampu menghasilkan 975 kg pati per
batang. Seorang peneliti Jepang takjub melihat sagu para. Pasalnya di negara
asalnya, petani sulit menaklukkan tanah. Untuk menanamnya pun hanya di musim
panas.
Di Indonesia,
sagu dari hutan produksi ini terbengkalai sia-sia. Padahal sagunya tinggal di
panen saja. Peneliti Jepang tersebut sangat yakin, pasti masih banyak varietas
unggul pohon sagu yang tersembunyi. Itupun jika lahannya tidak dialihfungsikan ke
pembangunan sekolah, pemerintah, atau pun hunian baru.
Pohon Sagu Si Pengalah
Yang Telah Ada Sejak Dahulu
Pohon sagu adalah pohon yang sangat pengalah. Dia tumbuh di rawa atau
daerah pasang surut serta mudah dijangkau.
Sangat disayangkan,
jika pemerintah malah menganggap rendah pangan non beras ini. Pangan ini sering
diidentikkan dengan kemiskinan. Padahal sejarah membuktikan bahwa sagu adalah
pangan asli tanah air.
Coba kalian
kunjungi Candi Borobudur, tidak ada relief berkisah tanaman padi, jagung
apalagi kentang. Yang terukir di sana justru tanaman palma seperti sagu, aren,
kelapa atau nipah.
Gambar Relief Tanaman Palma
Sagu dan Proses
Pembentukannya Menjadi Tepung Sagu
Negara
Indonesia terletak di garis khatulistiwa. Letak inilah yang menyebabkan hutan
Indonesia selalu lembab sepanjang tahun. Keanekaragaman hayati yang berada di
dalamnya sangat tinggi. Hal ini menjadi potensi sumber daya alam tersendiri
bagi Indonesia. Salah satunya adalah hutan non kayu.
Potensi hutan
non kayu ini tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan hutan kayu. Beberapa hasil hutan non kayu adalah madu,
buah-buahan, jamur, damar, rotan, sagu, dan lainnya.
Sagu
misalnya, adalah jenis tanaman yang berfunsi sebagai makanan pokok bagi
penduduk Papua. Tanaman sagu didapat dari hutan sagu yang tersebar luas di
hampir semua wilayah Papua.
Menurut
KBBI, sagu adalah pohon yang hati batangnya dapat dibuat menjadi tepung
(kebanyakan jenis Metroxylon).
Proses pembentukan
tepung sagu diawali dari pemilihan batang sagu yang terbaik. Batang sagu ini
digiling menggunakan penggiling sagu hingga menghasilkan ampas sagu. Ampas sagu
disiram dan diremas-remas berkali-kali sambil disaring. Hasil remasan dibiarkan
mengendap. Pati hasil remasan diambil untuk dijadikan tepung sagu yang akhirnya
diolah menjadi aneka makanan.
Mengapa Harus Sagu?
Potensi sagu di Indonesia mencapai lebih kurang 50 % dari sagu dunia.
Secara alami sagu tersebar di kepulauan Indonesia. Luasan terbesar berpusat di
Papua dengan kualitas terbaik. Sedangkan sagu semi budidaya terdapat di Maluku,
Sulawesi, kalimantan dan Sumatera.
Sagu merupakan sumber karbohidrat masyarakat Indonesia di Papua. Sagu
mencapai empat juta hektar. Kini, penegembangannya diperluas ke seluruh wilayah
Indonesia . Salah satunya Riau. Dengan potensi ini tidak ayal jika Indonesia
menjadi salah satu pemasok sagu terbesar di dunia.
Sagu
adalah tanaman pangan lokal yang memiliki segudang potensi. Karbohidrat
yang dihasilkan juga tinggi sekitar 357 kalori, relatif sama dengan jagung 360
kalori atau beras giling 366 kalori. Adalah wajar jika sagu bisa kita jadikan
sebagai pangan alternatif karena menghasilkan energi bagi tubuh.
Seratus gram sagu kering setara
dengan 94 karbohidrat, 0.2 gram protein, 0.5 gram serta, 10 mg kalsium, 1.2 mg
besi serta lemak, karoten, tiamin dan asam askorbat dalam jumlah yang sangat
kecil.
Sagu dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan mie, roti, biskuit, kue, sinoli manis, sagu
gula, ongol-ongol, kerupuk sagu dan minuman berfruktuosa tinggi. Ada juga
olahan sagu yang non pangan. Salah satunya sagu mutiara.
Selain sebagai
sumber energi, sagu juga memiliki segudang manfaat. Diantaranya sebagai bahan
baku pembuatan etanol, melancarkan pencernaan, baik untuk sendi dan tulang,
mengatasi hipertensi, mengatasi suhu tubuh agar tetap dingin saat demam,
sebagai masker dan masih banyak lagi.
Olahan Sagu
Ada 10 makanan lezat olahan sagu yang rasanya khas Indonesia banget.
Sepuluh makanan tersebut adalah Laupek Sage, Bagea, bubur sagu ambon, kue
rangi, papeda, ongol-ongol sagu, sagu lempeng, kue lompong sagu, sagon dan
kapurung.
Resep Leupek Sage
Karena aku berasal dari aceh, aku lebih memilih Laupek Sage untuk
kuperkenalkan pada kalian. Kebetulan Laupek Sage berasal dari daerah Aceh.
Leupek Sage dari Aceh
Bahan :
Tepung sagu secukupnya
Pisang lembek
Isinya
Kelapa parut
Gula
Garam
Caranya :
Campurkan tepung sagu dan pisang dalam satu wadah, diaduk
sampai kalis. Kelapa, gula dan garam digongseng sampai coklat. Pipihkan adonan
sagu, lalu masukkan inti (kelapa parut yang telah berwarna coklat) ke dalamnya.
Bentuk pipih dan dibungkus dengan daun pisang. Selanjutnya dikukus hingga
matang.
Papeda
Bahan :
¼ tepung sagu
2 siung bawang putih
4 gelas air
Kaldu ayam secukupnya
Caranya :
Didihkan air. Campurkan bawang putih, tepung sagu air dan
kaldu lalu diblender hingga halus. Masukkan air yang telah mendidih tadi
kedalamnya secara perlahan hingga mengental. Jadi deh papedanya di rumah kamu
tanpa harus ke Papua.
Leupek sage dan papeda merupakan sebagian
kecil makanan tradisional yang wajib kita lestarikan. Selain tetap menjamin
bahan baku agar tetap ada, kita juga telah melestarikan makanan tradisional
yang hampir di dominasi dengan makanan yang serba instan.
10 Rekomendasi Tepung
sagu yang baik
Agar olahan
yang dihasilkan menjadi olahan yang berkualitas, ada baiknya kita mencari
tepung sagu yang berkualitas juga. Sepuluh tepung sagu yang sangat rekomen di
antaranya bermerk : Merbabu, Alini, Pondok Daun, Api Abadi, Kunci Kembar,
Sentani Meer, Healthy Choice, Merapi, Javara dan KebonQta (Sumber : https://bacaterus.com/merk-tepung-sagu-yang-bagus/)
Selamatkan Hutan Sagu
Bersama WALHI
Melihat
potensi sagu yang sangat tinggi, maka perlu usaha pembudidayaan hutan sagu ini.
Dengan menyelamatkan hutan sagu, berarti kita telah menyelamatkan kebutuhan
pangan alternatif bagi bangsa Indonesia. Untuk mempermudah hal tersebut, kita
bisa bekerjasama dengan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).
WALHI ini
telah berdiri sejak tahun 1980. Kinerjanya sangat aktif, di antaranya adalah
mendorong upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan di Indonesia. Sesuai
denga visinya yaitu : “ Terwujudnya suatu tatanan sosial, ekonomi dan politik
yang adil dan demokratis yang dapat menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber
kehidupan dan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan”.
Mari kita
dukung gerakan-gerakannya ya. Untuk info lebih lanjut, kalian bisa mengunjungi
official websitenya.
Referensi dari internet
https://hot.liputan6.com/read/4164131/6-manfaat-sagu-untuk-kesehatan-mengandung-nutrisi-yang-lengkap
No comments
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).