Hikmah Mudik yang Tertunda

Hikmah Mudik yang Tertunda
Posted by ana_susan, 17 Mei 2020





Foto : Design by Canva



“Nak, kalian jadi pulang ke Aceh?”

Itulah sepenggal kalimat yang sering diucapkan oleh mama, beberapa hari menjelang lebaran. Kalimat itu akan lebih terasa manakala beliau mengatakannya sambil menelponku. Tarikan nafas panjang dan sedikit terdiam menandakan gumpalan rasa rindu yang telah lama terpendam. Demikian juga aku.

Sejak berkeluarga, aku harus mengikuti suami yang telah lama merantau ke pulau seberang. Meski antar pulau, namun jaraknya lumayan jauh. Untuk pulang saja harus menunggu tiket promo. Yah, wajar, karena kini aku tidak berdua lagi. Ada tiga orang anak yang selalu membersamaiku dan suami.
Kakak kandungku juga tidak ketinggalan menanyakan kapan pulang ke Aceh. Demikian pula adik laki-laki dan adik perempuanku. Jangan ditanya tentang papa. Pastinya beliau juga merindukan kami semua.

Jika dipikir-pikir, kesal juga sih, setahun menunggu untuk berkumpul bersama keluarga harus tertunda karena pandemi Covid-19. Namun, aku juga tidak menyalahkan takdir dari Nya. Semua yang telah terjadi sekarang merupakan skenario yang sangat bijaksana dari sang pencipta.

Mungkin kita tidak bisa menjamin keadaan di masa mendatang, namun Allah lebih tahu yang terbaik untuk hambaNya. Akhirnya, aku pun menjelaskan pada kedua orang tua dan saudara kandungku, untuk tahun ini kami tidak bisa pulang. Mama dan papa pun sedih, tadinya berharap bisa melepaskan rasa rindu pada anak, menantu dan cucu. Namun, semua tertunda.

Masih terbayang suasana hari pertama lebaran. Berkumpul sambil makan lontong aceh buatan mama, kue timphan, belum lagi kue aceh yang lengkap dengan berbagai jenisnya. Tidak ketinggalan kue-kue kering yang menemani minum sirup cap patung sepanjang perbincangan.

Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari masalah sekolah suamiku, aku dan anak-anak. Semua terangkum indah dalam suasana yang fitri. Kami pun meninggalkan jejak dengan foto bersama keluarga. Jalan-jalan ke mesium tsunami, pantai dan masih banyak lagi.

Semakin aku mengenang momen itu, semakin aku rindu untuk mudik ke Aceh. Sebagai rasa untuk mengobati kesedihan itu, aku dan suami memasak makanan berbuka ala Aceh, memutar lagu-lagu bernafaskan Aceh dan melihat foto kenangan kami selama di Aceh.

Banyak hikmah yang bisa kami dapatkan dari mudik yang tertunda ini. Di antaranya, aku dan suami lebih fokus pada keluarga, lebih bisa fokus ibadah, meski hanya di rumah, namun setidaknya salat berjamaah antar kami ada. Uang tabungan juga bisa digunakan untuk keperluan yang lain.

Kami percaya, semua ini adalah yang terbaik untuk kami. Mudik yang tertunda bukan berarti Allah tidak sayang pada kami, tapi membuat kami selalu belajar untuk bersyukur. Bahwa masih banyak yang memiliki masalah yang sama selain kami.

#ChallangeBPN_25

No comments

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).