Bertamu atau kerap disebut silaturahmi adalah berkunjung ke rumah saudara, teman atau tetangga. Hal ini sering dilakukan.
Namun, banyak di antara kita melupakan atau belum mengetahui adab dalam bertamu. Padahal Rasulullah jauh sebelumnya telah mencontohkan sendiri pada para sahabat, saudara terdekat bahkan musuh sekalipun.
Islam mengajarkan sebuah adab yang harus dijaga agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan dan perselisihan. Berikut ini adalah adab bertamu yang harus diperhatikan menurut pandangan Islam:
1. Memberi Salam.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27).
Sebagaimana juga terdapat dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
2. Minta Izin
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, bahwa batasan untuk meminta izin bertamu adalah tiga kali. Sebagaimana dalam sabdanya,
Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi tidak ada alasan untuk memaksa masuk karena kita udah jauh-jauh datang sampai di tujuan ternyata orangnya tidak ada atau tidak mengizinkan.
Atau ketika kita telah memberi salam sebanyak tiga kali, akan tetapi tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu.
Adapun saat salam kita telah dijawab, bukan berarti juga kita dapat membuka pintu kemudian masuk seenaknya. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya.
Hal ini disebabkan, sangat mungkin jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah. Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Mengetuk Pintu
Kita mungkin sering kali melihat orang atau bahkan kita sendiri mengetuk pintu saat bertamu secara berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah.
Baik karena kerasnya kah atau cara mengetuknya. Maka dari itu, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah.
Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu).
Jadi kebayang ya jika hadistnya seperti itu, ketukan tangan kita saja termasuk mengganggu sebenarnya. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah mengajarkan lebih santun dalam mengetuk pintu.
4. Posisi Berdiri yang Tepat
Posisi berdiri kita saat bertamu hendaknya tidak tepat di depan pintu dan menghadap ke dalam ruangan.
Hal tersebut sangat berkaitan dengan hak sang pemilik rumah untuk mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga dalam posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah.
Sebagaimana amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
5. Tidak Mengintip
Seringkali saat kita memberi salam dan mengetuk tidak ada jawaban membuat kita berinisiatif untuk mengintip rumah tersebut. Padahal hanya sekedar meyakinkan apakah orangnya benar-benar tidak ada.
Dalam Islam, hal ini termasuk tamu yang tidak beradab meskipun orang di dalamnya ada tapi tidak mendengar salam kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
6. Kembalilah di Lain Waktu
Kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah menyuruh kita untuk pulang.
Jika kita disuruh pulang, hendaknya tidak tersinggung atau merasa dilecehkan karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’at Islam.
Di antara hikmahnya adalah menjaga hak-hak pemilik rumah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24]: 28)
Maksud dari ayat tersebut oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, meminta izin sebelum masuk rumah itu berkenaan dengan penggunaan hak orang lain. Oleh sebab itu, tuan rumah berhak menerima atau menolak tamu.
Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan, “Jika kamu di suruh kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan jangan marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu wahai tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan.
7. Menjawab Dengan Nama Jelas
Saat kita bertamu acapkali pemilik rumah bertanya siapa di luar?. Kita sebagai tamu hendaknya tidak menjawab dengan “saya” atau “aku” atau yang semacamnya, tetapi sebutkan nama dengan jelas. Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi jawablah dengan menyebut nama kita dengan jelas agar pemilik rumah yang kita datangi lebih yakin siapa kita atau tamu yang datang.
Itulah 7 adab bertamu dalam islam yang perlu kita perhatikan agar apa yang kita lakukan ketika bertamu pun sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sasallam.
Dengan mengetahui adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini juga membuat kita lebih berlapang dada kepada saudara kita selaku tuan rumah saat ia menjalankan apa yang menjadi haknya sebagai pemilik rumah.
Semoga artikelnya bermanfaat ❤️.
No comments
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).