Masih Adakah Harapan Orang Muda Indonesia Menangani Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan ?
Ana Susan
Perubahan iklim berdampak pada semua orang, namun masa depan adalah milik generasi muda.
Sebuah kutipan dari artikel unicef.org ini menunjukkan bahwa para pemuda dituntut berada di garda terdepan dalam menangani perubahan iklim yang meningkat dari tahun ke tahun.
Dalam artikel tersebut dikatakan juga bahwa, ada banyak para aktivis muda dunia yang turut andil dalam menangani masalah perubahan iklim.
Sebut saja, Maria (19) asal Meksiko yang melihat dampak krisis iklim terutama air yang melanda seluruh Meksiko.
Meskipun kekeringan dan kenaikan suhu menyebabkan kebakaran hutan, angin topan menyebabkan banjir dan hilangnya hasil panen. Untuk mengatasi hal ini, ia menjadi aktivis iklim penuh waktu.
Ia percaya bahwa permasalahan kelangkaan air tidak dapat dilihat secara terpisah, melainkan sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar.
Ada juga Tahsin (22), aktivis iklim asal Bangladesh. Bangladesh adalah negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Iya memperkenalkan para remaja untuk bersepeda sebagai kendaraan ramah lingkungan, menanam pohon dan membentuk organisasi kebersihan. Iya juga mendesak para kaum muda untuk turut andil dalam gerakan iklim di negara mereka.
Katanya juga, meskipun kami generasi muda tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim, dampaknya akan lebih besar bagi kami.
Saat itu sejak artikel unicef.org ini ditulis tepatnya tanggal 4 Desember 2020, ada 400 anak dan remaja di seluruh Bangladesh yang bekerja bersamanya dalam perubahan iklim.
Tugas mereka adalah membersihkan tempat umum seperti kanal, tempat wisata, memisahkan plastik yang dapat didaur ulang lalu dijual. Uang yang didapat untuk menanam pohon.
Sosok Maria dan Tahsin adalah contoh orang muda yang memiliki inisiatif pada perubahan iklim yang terjadi di sekitar mereka.
Bagaimana dengan orang muda Indonesia?
Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, maka koalisi Voice for Just Climate Action (VCA) Indonesia mengatakan bahwa peran anak muda menjadi sangat penting. Baik itu berupa penyebaran edukasi, mitigasi maupun adaptasi perubahan iklim.
Ada lima anak muda yang dikirim ke Libanon sebagai perwakilan koalisi VCO Indonesia untuk mengikuti Climate Justise Camp 2023. Yakni membicarakan isu perubahan iklim. Acara tersebut berlangsung pada 28 Agustus sampai dengan 2 September lalu.
Kegiatan ini pula mempertemukan 450 pemimpin muda dari hampir 100 negara. Tujuan dari kegiatan ini juga adalah untuk menempatkan keadilan iklim sebagai inti kebijakan khususnya menjelang konferensi perubahan cuaca internasional COP28 (Conference of the Parties ke 28). Yakni sebuah konferensi tingkat tinggi bidang perubahan iklim.
Kelima pemuda tersebut adalah
• Ayu Rahayu perwakilan dari koalisi Pangan Baik
• Eulis Utami perwakilan KOPI (Koalisi Orang Muda untuk Perubahan Iklim)
• Ullya Farah perwakilan koalisi Adaptasi
• Christa Gabriela dan Maria B Tukan perwakilan koalisi SIPIL.
Mereka juga diberi kesempatan untuk mengadakan workshop. Dalam workshop tersebut dibahas tentang praktik baik mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang telah dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kenapa NTT? Karena memang provinsi ini dikelilingi oleh wilayah pesisir sehingga sangat terdampak perubahan iklim. Contohnya badai tropis Seroja yang menerjang sejumlah wilayah NTT pada 2021.
Namun demikian, dengan kekayaan kearifan lokal di provinsi tersebut, telah banyak praktik baik tentang adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan. Seperti : ketahanan pangan dengan cara budidaya sorgum dan pangan lokal lain oleh masyarakat adat.
Kemudian ada pula ritual adat jaga hutan untuk keberlangsungan sumber air, penanaman mangrove oleh masyarakat pesisir dan kampanye aksi iklim yang digerakkan oleh sejumlah anak muda di NTT.
Lantas, mengapa Harus generasi muda yang dilibatkan untuk masalah ini? Bukankah yang melakukan kesalahan itu adalah orang-orang sebelum mereka? Sedangkan mereka adalah dampak dari perlakuan tersebut.
Mengapa Harus Orang Muda di Garda Terdepan Atasi Perubahan Iklim?
Ada beberapa alasan mengapa orang muda itu sangat berperan penting dalam perubahan iklim. Di antaranya adalah
1. Berani mengemukakan pendapat
2. Memiliki kemampuan menyerap nilai dan gagasan baru
3. Memiliki ide dan gagasan baru yang menarik
4. Mobilitas yang tinggi dan dinamis
5. Membiarkan kesetiakawanan dan kepedulian sosial tinggi
6. Peduli dan tanggap akan kejadian sekitar
7. Idealismenya masih murni
8. Positif thinking
9. Mandiri
10. Suka berbagi ilmu
Dan masih banyak lagi yang dimiliki orang muda untuk mengaktifkan agenda pengendalian perubahan iklim
Pentingkah Agenda Perubahan Iklim Bagi Indonesia?
Menurut Menteri LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Siti Nurbaya, agenda perubahan iklim sangat penting bagi Indonesia. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 yang menyatakan bahwa negara harus menjamin kehidupan dan lingkungan yang layak bagi warga negara. Jadi, atas dasar inilah Indonesia telah komitmen terhadap perubahan iklim.
Jadi, perubahan iklim itu apa? Adakah hubungan perubahan iklim dengan perlindungan hutan.
Apa itu Perubahan Iklim dan Penyebabnya
Yang dimaksud perubahan iklim adalah, perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Pergeseran atau perubahan iklim dapat terjadi secara alami. Namun ada juga disebabkan oleh aktivitas matahari dan letusan gunung berapi yang besar.
Akan tetapi semenjak tahun 1800 an, penyebab utama perubahan iklim adalah MANUSIA. Dimana pembakaran bahan bakar fosil (baru bara, minyak dan gas) sebagai penyebab utamanya
Pembakaran bahan bakar fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bertindak sebagai selimut bumi. Fungsinya adalah untuk memerangkap panas matahari dan meningkatkan suhu.
Karbondioksida dan metana adalah gas yang menyebabkan perubahan iklim. Kedua gas ini berasal dari penggunaan bensin untuk kendaraan atau batu bara untuk memanaskan gedung, pembukaan lahan, penebangan hutan, kegiatan pertanian atau minyak dan gas.
Beberapa aktivitas inilah sebagai bukti bahwa semua dampak perubahan iklim itu disebabkan oleh MANUSIA. Para ilmuwan iklim juga mengatakan bahwa manusialah yang paling bertanggung jawab atas hampir seluruh pemanasan global selama 200 tahun terakhir.
Nah, pada periode 2011-2020, adalah periode suhu terpanas yang pernah tercatat. Emang kerasa kan ya apalagi di beberapa bulan terakhir ini. Hujan hampir tak pernah muncul. Tanaman di pekarangan rumah banyak yang kering.
Aku yang tinggal di daerah Puncak Bogor turut merasakan panasnya yang sama seperti kampung halamanku di Banda Aceh. Padahal, dulu sekitar tahun 2013 sejak pertama menginjak bumi Puncak Bogor terasa dingin banget dan hampir tidak pernah mandi seharian untuk adaptasi. ðŸ¤
Namun, sekarang kemana kaki melangkah panas terus melanda. Ujung-ujungnya akan berdampak pada segala hal.
Dampak Perubahan Iklim di Dunia
Suhu yang sangat panas ini atau lebih dikenal dengan global boilling bukan global warming muncul impact yang sangat banyak.
Mungkin, teman-teman sekarang bisa memperhatikan beberapa sumur bor tetangga mengalami kelangkaan air. Atau bisa jadi sumur bor rumah kita sendiri. Padahal air merupakan kebutuhan primer yang tidak boleh diputuskan sama sekali.
Kekeringan hebat ini juga terjadi di lahan pertanian atau mungkin bisa jadi di depan pekarangan rumah kita seperti yang terlihat digambar. Dimana bunga Lily saat sebelum perubahan iklim terlihat hijau dan segar, namun setelah perubahan iklim (suhu yang sangat panas) daunnya menguning dan banyak yang mulai kering. Beberapa bagian tanah depan rumahku banyak yang retak-retak pula.
Kebakaran hutan
Ketik musim kemarau tiba, Indonesia selalu disorot oleh media asing karena pasti akan terjadi kebakaran.
Seperti salah satu media asing "Singapura The Straits Times" menyebutkan ada enam provinsi yang telah mengalami kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran ini memunculkan kabut asap tebal hingga merambah ke negara Malaysia dan Singapura. Keenam provinsi tersebut adalah Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Berdasarkan data Kementerian KLH, selama periode Januari hingga Juli 2023 luas kebakaran hutan dan lahan Indonesia mencapai 90.405 ha dengan emisi lebih dari 5.9 juta ton ekuivalen karbondioksida.
Belum lagi baru-baru ini (13/8/2023) terjadi juga kebakaran hutan dan lahan akibat kemarau yang panjang terdiri atas 34 titik. 16 titik telah padam, 18 lainnya dalam tahap pendinginan.
Separah itukah? Lalu kita masih diam saja?
Naiknya permukaan air laut
Kenaikan permukaan air laut tidak lepas dari pemanasan global dan perubahan iklim yang menjadikan es di kutub mencair.
Dalam kurun waktu 30 tahun, yakni dari 1993 sampai 2023, rata-rata permukaan air laut dunia naik lebih dari 9 sentimeter (cm).
Nilai ini dianimasikan oleh Badan Antariksa AS, Nasional Aeronautics and Space Administratif (NASA) lewat animasi yang dirilis di websitenya.
Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini sangat dirasakan di masyarakat pesisir seluruh dunia. Jutaan orang diperkirakan terdampak kenaikan air laut sehingga garis pantai semakin tinggi. Kenaikan ini bisa dikurangi jika emisi dikurangi secara drastis hingga nol.
Yuk ah #MudaMudiBumi masak sih kita harus tinggal di dalam laut seperti putri duyung. Nggak mungkin! Emisi itu masih bisa kita kurangi jika kita mau #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku
Mencairnya es di kutub
Tutupan es laut sangat penting bagi ekosistem kutub dan planet ini secara keseluruhan, karena mempengaruhi pola iklim dan cuaca di bumi kita.
Pada bulan Maret dan September 2023, lapisan es di Arktik menyusut dari luas puncaknya sebesar 5.64 juta mil persegi menjadi 1.63 juta mil persegi. Jumlah es laut yang hilang ini cukup untuk menutupi seluruh benua Amerika Serikat. Waduhhh! Dahsyat banget ya.
Bencana badai
Amerika Serikat dihantui dengan ancaman badai musim dingin pada awal tahun 2023. Sebelumnya telah terjadi badai salju besar-besaran juga di sana.
Badai musim dingin ini adalah salah satu badai besar di bumi yang terjadi. Tentunya, lagi-lagi semua disebabkan oleh perubahan iklim yang kian meronta.
Menurunnya Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati di bumi mulai menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia, perluasan lahan, polusi dan perubahan iklim.
Adanya keanekaragaman hayati memberikan kita udara bersih, air segar, kualitas tanah yang baik dan penyerbukan tanaman. Hal inilah membantu kita melawan perubahan iklim dan mengurangi bencana alam.
Jadi ingat saat camping di Ciloto, Bogor bersama muridku. Suasana hutannya masih alami, sejuk, dan indah banget. Mungkin jika habitat di sana terganggu, maka Aku dan murid-muridku tidak bisa menikmati suasana seperti ini.
So, jangan pernah berpikir untuk merusaknya hanya demi keuntungan tertentu saja.
Dampak Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia sehingga terjadi pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh deforestasi, degradasi hutan, lahan gambut akibat kebakaran hutan dan pengelolaan yang tidak berkelanjutan.
FAO berkata bahwa antara tahun 1990-2005, Indonesia kehilangan 24 % tutupan hutan dan 60 % biomassa hutan. Secara global hampir seperlima emisi gas rumah kaca berasal dari hutan. Jadi jika hutan terganggu maka iklim pun akan ikut terganggu bukan?
Tugas kita khususnya orang muda akan sangat berat tantangannya ke depan. Apalagi jika deforestasi dan degradasi hutan terus menerus berlanjut. Mau menghirup udara segar di mana lagi jika sudah terjadi seperti ini ? Mau pindah ke planet lain?
Masya Allah, betapa bangganya kita yang tinggal di Indonesia. Dengan hutan tropis yang cukup luas bahkan berada pada urutan ketiga terbesar setelah Brazil dan Kongo.
Ada sekitar 59 % daratan di Indonesia merupakan hutan tropis. Keberadaannya telah memberi kontribusi sumber pangan untuk 48.8 juta orang yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Dan 30 % di antaranya sangat tergantung pada hasil hutan.
Kebayang kan, jika hutan berkurang atau tidak ada sama sekali. Mau makan apa ?
Yuk #BersamaBergerakBerdaya wahai #MudaMudiBumi. Jangan sampai sebutan Indonesia yang memiliki hutan yang kaya menjadi hilang.
Padahal sejak dahulu kala negeri ini diperebutkan oleh para penjajah karena hasil buminya yang melimpah. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Tentu semuanya adalah #UntukmuBumiku.
Ayo. Sadarlah kalian, khususnya para orang muda yang jiwanya masih membara. Yang orasinya masih di dengar oleh para manusia yang zalim terhadap alamnya sendiri.
Meskipun laju deforestasi di Indonesia telah melambat dalam beberapa tahun terakhir akibat kebijakan yang ketat serta pengendalian kebakaran hutan yang lebih baik oleh lembaga nirlaba Work Resource Institute (WRI). Namun, kita para orang muda yang energik jangan sampai lengah apalagi lemah. Karena bisa saja semuanya berubah.
Jika hutan yang telah lama hidup dirusak, maka butuh bertahun-tahun pula menunggu dia besar agar bisa merasakan manfaatnya.
Kebakaran Hutan Kalimantan
Hutan dan vegetasi lain memegang peranan penting dalam siklus karbon global. Luasan hutan yang tumbuh, secara aktif menyerap Karbondioksida dari atmosfer dan melalui fotosintesis mengubahnya menjadi biomassa.
Hutan dewasa akan menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar, menguncinya di pepohonan dan vegetasi lain. Sehingga biomassa pun meningkat pula baik di atas tanaman maupun di bawah tanah.
Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki tutupan hutan yang sangat luas. Yakni 101,22 juta hektare (ha) pada 2021. Tutupan hutan tersebut mencapai 52,80% dari total luas daratan Indonesia yang mencapai 191,69 juta ha.
Tutupan hutan yang paling besar terletak di wilayah Papua, yakni 32,88 juta ha pada tahun 2021. Angka tersebut mencapai 77,91% dari total luas daratan pulaunya.
Tutupan hutan terbesar berikutnya adalah Kalimantan, yakni sekitar 28,53 juta ha (52,42%). Diikuti dengan Sumatra dengan tutupan hutan 16,05 juta ha (33,38%) dan Sulawesi 11,60 juta ha (61,54%).
Setelahnya ada wilayah Maluku dengan luas tutupan hutan 6,78 juta ha (85,99%), Bali-Nusa Tenggara 2,74 juta ha (37,49%), dan Jawa 2,64 juta ha (20,4%).
Namun, secara keseluruhan, BPS menyatakan luas tutupan hutan di Indonesia telah berkurang selama periode 2017-2021. 😢. Ck ck ck. Kalau begini caranya kita bakal tinggal di negara yang sangat tandus layaknya padang pasir.
Sebuah angka yang sangat besar. Mengingat sumber ketahanan pangan kita juga ada di sana. Belum lagi habitat fauna yang terganggu kehidupannya. Ujung-ujungnya beberapa satwa langka akan punah juga. Bisa jadi beberapa tahun ke depan mungkin makanan pun akan diimport dari luar negeri.
Kalau melihat situasi seperti ini siapakah yang patut disalahkan? Jawabannya adalah MANUSIA. Atau lebih tepatnya kita.
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Sumber gambar www.borneonature.com
Kalimantan Terus Terbakar, tapi Mengapa? Itulah salah satu judul artikel yang dimuat oleh borneonaturefoundation.org.
Dimana, kebakaran hutan di Kalimantan sering terjadi setiap tahun selama musim kemarau. Hal ini terus terjadi lebih dari 20 tahun. Mengapa?
Karena lahan gambut tropis di bagian selatan Kalimantan adalah hamparan hutan hujan tropis terluas di Asia dengan populasi orang hutan terbanyak serta memiliki keanekaragaman hayati.
Akibat aktivitas manusia yang mengganggu daerah tersebut entah karena ingin sekedar membuka lahan pertanian atau mendirikan pemukiman.
Namun sayangnya cara mereka membuka lahan dan mendirikan bangunan tersebut dengan membakar lahan gambutnya. Api yang terus membesar sulit dipadamkan, karena terjadi di bawah tanah. Akibatnya lagi api terus menjalar di sekitar hutan yang masih hijau pula.
Duh, haruskah kita masih tinggal diam dengan situasi seperti ini? Mau berapa lama lagi hutan itu terbakar? Hingga pada akhirnya berdampak pada perubahan iklim yang kian ekstrim.
Tidak hanya kebakaran hutan saja, polusi udara di kota-kota besar di Indonesia pun kian mencekik penghuninya.😱
Polusi Udara di Kota Besar
Polusi Udara di Jakarta, Sumber gambar : polusi udara di jakarta
Di gambar terlihat langit Jakarta tak berwarna biru lagi (Senin, 3/9/2018). Menurut Greenpeace (lembaga swadaya masyarakat serta organisasi lingkungan internasional), selama Januari hingga Juni 2017, kualitas udara Jabodetabek terindikasi unhealthy (level tidak sehat) bagi manusia. Hal ini dikutip dari artikel Kompas.com.
Sekarang polusi udara di kota besar khususnya Jakarta sangat memprihatikan. Dimana resiko terparahnya adalah kanker darah.
Kualitas udara yang terus memburuk hingga mencapai 25 mikrogram per meter kubik (lima kali lebih besar dari batas aman yang direkomendasikan oleh WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia yakni 5 mikrogram per meter kubik), menjadikan warga Jakarta khawatir.
Kualitas ini akan sangat berimpact bagi balita dan lansia. Dimana mereka memilki daya tahan tubuh yang rentan terkontaminasi pada angka polusi udara seperti sekarang.
Jika terus menerus seperti ini diperkirakan sepuluh tahun mendatang akan terjadi peningkatan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan atau dikenal dengan ISPA. Penyakit ini menempati urutan pertama di wilayah Indonesia. Demikian pula bagi penderita asma dan kanker paru juga meningkat.
Jika Jakarta, 93 % total populasi penduduknya terekspos polusi udara, maka di Banten sekitar 63 %, di Sumatera 57% dan Jawa Barat 46 %. Semuanya terpapar polusi udara di atas ambang aman WHO.
Semua kelompok masyarakat rentan terpapar polusi udara di atas ambang aman WHO.
Lantas, masihkah kita tetap diam seribu bahasa menikmati polusi udara yang berasal dari pabrik atau kendaraan yang selalu menguasai jalan raya?
Bahkan Presiden Joko Widodo (Senin, 14/8/2023) setelah rapat terbatas dengan Bu Siti di Istana negara mengatakan ada beberapa faktor polusi udara di Jakarta. Yakni kemarau yang panjang, konsentrasi polutan, emisi dari transportasi termasuk manufaktur Industri.
Bu Siti juga menambahkan pencemaran kualitas udara disebabkan kendaraan bermotor. Di mana menurut catatan pada tahun 2022 lalu, ada 24.5 juta kendaraan bermotor dan 19.2 juta di antaranya sepeda motor.
Adanya kebakaran hutan, polutan dan emisi dari kendaraan bermotor inilah beberapa pemicu munculnya suhu panas. Bahkan suhu panas terganas terjadi di beberapa daerah.
Suhu Panas Beberapa Daerah di Indonesia
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), merilis beberapa daftar kota terpanas di Indonesia pada tanggal 4 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB hingga 5 Oktober 2023 pada infografis berikut ini.
Dari infografis tersebut, Kertajati, Majalengka dan Jawa Barat adalah kota terpanas di Indonesia dengan catatan suhu 37.4 °C. Kemudian posisi kedua adalah Jawa Tengah dengan suhu 37.2 °C.
Sedangkan posisi ketiganya di daerah Tangerang Selatan dengan suhu 36.6 °C. Angka-angka tersebut berdasarkan catatan dari BMKG di daerah masing-masing.
Jika dibandingkan suhu udara rata-rata daerah tropis adalah 20-30 °C (kompas.com). Maka suhu di atas telah melewati batas kewajaran. Sama seperti suhu saat kita demam yakni 36.5-37.2 °C (upk.kemkes.go.id).
Jika tubuh kita di suhu tersebut sedang berjuang melawan penyakit yang menyerang ke dalam tubuh, maka bumi kita sedang berjuang melawan perubahan iklim yang kian meronta.
Ada banyak penyebab suhu udara menjadi begitu panasnya. Menurut BMKG dalam unggahan yang berbeda dikutip Jumat (6/10/2023), beberapa penyebab suhu udara panas secara global adalah musim kemarau, posisi semu matahari yang bergerak ke Selatan ekuator hingga faktor alam lainnya seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembaban udara.
Penyebab Suhu Panas di Indonesia
Bapak Dodo Gunawan, selaku bidang Deputi BMKG menjelaskan ada lima penyebab suhu panas di Indonesia. Diantaranya adalah :
1. Dinamika atmosfer yang tidak biasa
2. Suhu panas wilayah Asia Selatan yang dipengaruhi gerak semu matahari dan lonjakan panas tahun 2023 yang terparah
3. Tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas “heatwave” semakin beresiko terjadi 30 kali lebih sering.
4. Dominasi Monsun Australia, Indonesia memasuki musim kemarau
5. Intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan
Adapun dampak dari suhu panas adalah dehidrasi, mengeluarkan keringat secara berlebih, aktivitas tidak nyaman karena tubuh gerah dan panas, mudah lelah dan mudah pingsan.
Tiga Badai Besar di Dunia
Perubahan iklim yang terjadi tidak hanya berdampak pada cuaca ekstrim dan tidak menentu, akan tetapi dapat menimbulkan badai yang sangat besar.
Badai itu sendiri adalah sebuah fenomena alam. Di mana angin bertiup sangat kencang. Dia datang bersama hujan, debu, es, guntur dan salju. Kecepatan anginnya berkisar antara 64-72 knot. Dengan kecepatan ini, bisa mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Ada dua faktor sebagai penyebab terjadinya badai. Yaitu suhu permukaan air laut dan perubahan atmosfer bumi. Namun penyebab yang paling umum adalah tingginya suhu permukaan air laut. Suhu yang tinggi ini akan terasa kontras dengan suhu di dalam air laut. Hal inilah yang memicu terjadinya badai. Salah satunya angin topan.
Dampak lain dari kenaikan suhu permukaan laut adalah terjadinya perubahan di atmosfer bumi sehingga menghasilkan energi. Nah dari energi inilah akan muncul petir dan juga badai lainnya.
Satu hal lagi, jika ada angin kencang dan muncul badai, maka gelombang laut pun akan tinggi disertai hujan deras hingga menyebabkan banjir
Ada tiga badai terbesar di dunia seperti yang dilansir oleh kompas.com
1. Topan Tip
Topan ini terjadi pada tahun 1979. Diameter topan ini 2.220 kilometer. Wahh, jauh banget ya. Kebayang jika ada di dekat kita. Pasti kita seperti semut. Kecepatan topan ini mencapai 305 kilometer per jam.
Topan ini terjadi pertama kali di Pulau Marshall dekat Philipina. Badai ini sangat besar dan bergerak sampai ke Jepang. Namun kekuatannya mulai berkurang.
Daerah yang terdampak di Jepang dari topan ini adalah Okinawa dan Tokyo. Ada banyak nelayan yang meninggal dan kapal-kapal tenggelam.
2. Badai Olga
Badai terbesar kedua ini terjadi pada tahun 2001 dengan diameter 1.595 kilometer. Kecepatan anginnya 190 kilometer per jam. Secara ukuran badai ini besar tapi tidak terlalu kuat.
Badai ini hanya membuat gelombang tinggi di beberapa perairan namun tidak menyentuh daratan dan korban jiwa pun tidak ada.
Akan tetapi jika dibayangkan pasti seram juga kan ya?
3. Badai Sandy
Badai terbesar ketiga ini terjadi pada tahun 2012. Diameternya 1 380 kilometer dengan kecepatan angin 185 kilometer per jam.
Badai yang melanda Amerika Serikat ini telah menelan 200 jiwa dengan kerugian hampir US $70 milyar. Badai ini juga menyerang 24 negara bagian.
Gambar Badai Sandy. Sumber : Wikipedia
Beberapa badai besar di atas sudah cukup membuka mata kita bahwa bumi kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Masihkah kita belum sadar akan dampak yang dihasilkannya.
Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga bumi kita yang telah berada di ambang kehancuran. Dia telah lelah dengan ulah kita. Terlalu banyak kerusakan fisik dan psikisnya. Hingga dia pun berontak dengan segala energi yang dikeluarkannya.
#MudaMudiBumi kalian adalah garda terdepan yang paling mudah didengar aspirasinya. Jangan terlena dengan buaian tekhnologi yang kian menggila. Banyak hal yang harus dibenah #UntukmuBumiku.
Banyak upaya atau solusi yang bisa kita lakukan bersama untuk mengatasi perubahan iklim agar tak mudah mendatangkan badai besar seperti di atas.
Upaya atau Solusi Mengatasi Isu Perubahan Iklim di Hutan
Setiap tahun, seluruh dunia kehilangan hutan sekitar 13 juta hektar. Menurut IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) 2007, emisi dari kehilangan ini sebagian terjadi di daerah tropis dengan menyumbang 20 % dari emisi gas rumah kaca.
Pada tahun 2009, emisi diperkirakan sebesar 12 %. Belum lagi penurunan keanekaragaman hayati. Jika kita melindungi hutan yang terancam , berarti kita telah melakukan mitigasi yang paling murah.
Ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi perubahan iklim di hutan ke depannya.
1. Tidak mengkonversi hutan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit
2. Tidak melakukan penebangan liar baik pada skala kecil maupun besar.
3. Tidak menebang hutan hanya untuk perluasan pertambangan, pertanian, pemukiman dan infrastruktur lainnya
Dengan mitigasi emisi di hutan maka akan menjaga kapasitas ekosistem hutan dalam menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat pada skala nasional maupun internasional.
Fungsi ekosistem ini juga mengurangi dampak perubahan iklim sehingga badai besar pun bisa jauh dari kita.
Peran Orang Muda dan Cara Mengatasi Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan, baik kita muda atau tua, ini adalah planet kita juga!
Negara Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim ini memiliki modal alam seperti ekosistem hutan dan lahan basah serta lautan yang luas. Ketiganya berfungsi sebagai penyerap karbon yang membantu mengurangi perubahan iklim global itu sendiri.
Jadi sebagai pemimpin masa depan, generasi mudalah yang akan menentukan kebijakan, strategi, program perubahan iklim nasional dan komitmen global negara tersebut.
Lantas, kebijakan, strategi, program perubahan iklim nasional dan komitmen global seperti apakah yang bisa dilakukan oleh generasi atau orang muda?
Saat dampak perubahan iklim semakin meningkat setiap tahunnya, semakin banyak generasi muda yang bergabung dalam perubahan positif.
Selaku pribadi maupun organisasi lima cara sederhana yang bisa dilakukan oleh orang muda untuk mengatasi perubahan iklim. Enaknya cara ini bisa kita awali dari rumah sendiri.
1. Lakukan Hemat Listrik
Sebagian besar peralatan di rumah kita berhubungan dengan listrik dan panas. Mulai dari kulkas, laptop, kompor, handphone, cosmos, AC, oven dan masih banyak lagi. Semuanya ditenagai oleh batu bara, minyak dan gas.
Untuk mengatasi perubahan iklim, ada baiknya melakukan penghematan pada alat-alat tersebut. Salah satunya menggunakan alat yang hemat energi atau sekedar menggantungkan barang-barang tanpa harus menggunakan pengering.
2. Bersepeda atau Berkendaraan Listrik
Seperti Tahsin, pemuda asal Bangladesh yang melakukan gerakan atasi perubahan iklim dengan bersepeda, kita pun bisa dong melakukannya.
Setidaknya ke warung yang dekat rumah. Atau sekedar ke supermarket yang jaraknya sekitar dua km. Hitung-hitung sekalian olahraga. Selain baik untuk kesehatan, juga membantu dampak perubahan iklim yang ada.
Jika teman-teman masih kuliah atau sudah bekerja, bisa juga menggunakan transportasi umum. Meskipun kalau dipikir budget kita untuk membelinya sangat cukup.
Tapi jika ada 100 orang berpikiran yang sama seperti kita, di atas tahun 2023 kemacetan akan terus bertambah parah. Ujung-ujungnya berdampak pada perubahan iklim yang semakin menggila.
Jadi benar kan sekarang hampir sebagian besar perubahan iklim itu akibat dari MANUSIA.
Yuk #BersamaBergerakBerdaya demi terciptanya negara Indonesia yang nyaman #UntukmuBumiku. Kita #MudaMudiBumi Indonesia dapat bekerjasama dengan #TeamUpForImpact
Kalaupun mentok nih pingin banget memiliki kendaraan sendiri hingga lebih nyaman, kendaraan listrik sepertinya lebih pantas untuk dilirik dibanding kendaraan yang menggunakan solar atau bensin. Karena kedua bahan bakar ini menyebabkan emisi gas rumah kaca.
3. Konsumsi banyak sayur dan buah dibanding daging dan Susu
Makanan yang kita makan juga berpengaruh pada perubahan iklim. Agar dampak iklim kecil, maka kita harus lebih banyak makan sayur, buah, kacang-kacangan dan biji-bijian. Tujuannya adalah agar menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca membutuhkan lebih sedikit energi, tanah dan air. Untuk daging dan susu konsumsi hanya sedikit saja.
4. Lakukan Strategi 3 Pintu di rumah
Dalam bukunya ”Menuju Rumah Minim Sampah” DK Wardhani menjelaskan strategi 3 pintu utama. Strategi 3 pintu di awali dari rumah agar tercipta kota tanpa sampah.
a. Strategi Pintu Depan
Meminimalkan dan menyaring sampah yang masuk ke rumah. Caranya dengan membawa botol minum, kotak bekal, tas belanja, wadah untuk belanja, membuat cemilan sendiri, jika ada arisan menghindari kemasan sekali pakai.
Beberapa hal di atas kadang tanpa kita sadari sering dilakukan oleh kita. Entah itu botol minum yang lupa dibawa karena buru-buru berangkat kerja. Atau belanja tanpa membawa tas belanjaan. Padahal jika dihitung-hitung sudah berapa kresek belanjaan menumpuk di rumah kita. Tanpa dipakai yang ada menumpuk di rumah dan menjadikan ia sebagai sarang tikus saja.
b. Strategi Pintu Tengah
Strategi ini berada pada level konsumsi. Caranya mencegah terjadinya sampah terbuang seperti harus makan hingga tak bersisa jika perlu makan secukupnya jika tidak kita habiskan. Atau memperbaiki barang yang rusak jika masih bisa dipakai.
c. Strategi Pintu Belakang
Strategi pada pasca konsumsi ini adalah sampah yang terlanjur masuk ke rumah. Dan kita wajib memilahnya dengan bijak. Misalnya, menjadikannya sebagai kompos jika dia sampah organik, atau menyalurkan sampah yang bernilai ekonomis kepada pengepul.
Jika 3 strategi ini dilakukan dengan benar-benar di semua rumah Indonesia, maka tidak ada sampah yang dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sehingga kota tanpa sampah akan terwujud seperti kata penulis DK Wardhani.
Aku sendiri Alhamdulillah telah melakukan salah satu strategi ini. Yakni mengolah sampah organik yang telah masuk di rumah dengan cara menjadikannya sebagai kompos untuk tanaman. Bahkan kulit telur yang banyak dihasilkan dari dapur kugunakan sebagai mulsa tanaman. Tujuannya agar siput pengganggu tidak beras dekat tanaman tersebut.
5. Menanam Tanaman
Tidak perlu jauh-jauh untuk menanamnya. Cukup di pekarangan sendiri saja kita sudah menyumbang sebagian kecil karbon untuk jutaan manusia di dunia. Lagi pula dapat dimanfaatkan juga untuk bumbu masakan.
Lima cara tersebut terlihat sederhana, namun efek yang ditimbulkan ke depan akan sangat baik. Bayangkan saja jika setiap rumah memiliki lima cara sederhana ini untuk tetap komitmen dilakukan.
Tentu kerjasama antar anggota keluarga sangat berperan di dalamnya. Karena jika hanya satu lawan lima orang anggota keluarga misalnya, maka yang tidak mendukung kita tentu akan kalah nantinya. Tidak ada yang mengingatkan, yang ada hanya ocehan dan ogahan terngiang di telinga.
Kita juga berharap dengan lima cara sederhana ini mampu atasi emisi karbon sebagai dasar permasalahan dari perubahan iklim yang terjadi sekarang. Sehingga hutan-hutan pun tetap terjaga.
Dalam hal ini, hutan memegang peranan penting dalam mengatur iklim. Meningkatkan kemampuan alaminya dalam menyerap karbon, dapat membantu mengurangi efek dari pemanasan global sebagai perubahan iklim yang sangat signifikan.
Peran dari para generasi muda sangat diharapkan. Mengapa? Karena dunia dihuni oleh 1.8 miliar orang berusia 10-24 tahun. Di Indonesia saja, 65 juta orang atau 28 % di antara penduduknya berada pada usia tersebut. Sehingga akan menjadi catatan sejarah kalau keberadaan mereka amatlah penting.
Jadi yuk para orang muda, tunjukkan potensi besar kalian sekaligus menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan. Dan saatnya bagi kita semua untuk melakukan aksi nyata.
Mari #BersamaBergerakBerdaya demi terciptanya negara Indonesia yang nyaman #UntukmuBumiku. Kita #MudaMudiBumi Indonesia dapat bekerjasama dengan #TeamUpForImpact juga. Membantu kinerja mereka tentu semua demi kita. Demi bumi tercinta khususnya Indonesia.
Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan 🤗
Baca juga artikel : Zerro waste dari rumah menjadikan lingkungan yang ramah
Sumber Referensi
https://www.unicef.org/stories/young-climate-activists-demand-action-inspire-hope
https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6214/peran-penting-generasi-muda-dalam-agenda-perubahan-iklim
https://www.liputan6.com/health/read/5406840/inspiratif-begini-aksi-lima-pemuda-indonesia-dalam-suarakan-isu-perubahan-iklim-di-lebanon
https://www.un.org/en/climatechange/what-is-climate-change
https://www.ran.org/publications/indonesia_climate_change_and_rainforests/
https://forclime.org/bioclime/bioclime.org/index.php/en/climate-change-and-biodiversity/climate-change-in-indonesia.html
https://www.context.news/nature/wanted-young-indonesians-for-next-generation-of-forest-defenders
https://databoks.katadata.co.id/infografik/2023/01/16/ini-luas-tutupan-hutan-indonesia-dari-sumatra-sampai-papua
https://www.borneonaturefoundation.org/conservation/borneo-is-burning-again-and-again-but-why/
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/08/25/polusi-udara-kota
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230928163029-4-476271/ternyata-ini-penyebab-polusi-udara-di-jakarta-bukan-pltu
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20231006120219-37-478473/daftar-kota-terpanas-ri-pekan-ini-versi-bmkg
https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/27/193000865/suhu-panas-di-indonesia-penyebab-dampak-dan-kapan-puncaknya
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220704142800-37-352764/apa-itu-perubahan-iklim-penyebab-dampak-cara-mengatasinya
https://hyundai.motorstudio.co.id/id/senayan-park/newsrooms/solusi-perubahan-iklim
https://rimbamakmurutama.com/4/climate-change-impacts-and-mitigation/
https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6232/saatnya-generasi-muda-tunjukkan-peran-penting-dan-aksi-nyata-dalam-pengendalian-perubahan-iklim
https://www.liputan6.com/hot/read/5166109/8-jenis-badai-yang-terjadi-akibat-cuaca-ekstrem-kenali-penyebabnya?page=3
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230918111352-128-473331/jadi-sorotan-media-asing-seberapa-parah-kebakaran-hutan-ri
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/09/04/kebakaran-hutan-dan-lahan-terjadi-di-34-titik
https://amp.kompas.com/lestari/read/2023/07/07/150000586/air-laut-naik-9-cm-hanya-dalam-30-tahun-nasa-tunjukkan-lewat-animasi
https://www.nasa.gov/centers-and-facilities/goddard/arctic-sea-ice-6th-lowest-on-record-antarctic-sees-record-low-growth/
https://www.nationalgeographic.com/science/article/arctic-sea-ice-tipping-point-climate-science
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230104082623-4-402591/waduh-mr-biden-mulai-tahun-2023-as-dihantui-ancaman-bencana/amp
DK. Wardhani, 2019, Menuju Rumah Minim Sampah, Cetakan kedua, Penerbit Bentala Kata, Jakarta Barat.
No comments
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).