Tradisi Meugang Tradisi Unik daerah Aceh Saat Ramadan
Ana Susan
“Dalam kehangatan bulan Ramadan, Aceh menghidupkan tradisi khasnya yang dikenal sebagai Meugang, sebuah ritual yang tidak hanya mengundang selera, tetapi juga menyelipkan keindahan budaya dan kebersamaan di antara penduduk setempat.”
Setiap mendekati Ramadan, Idul Fitri maupun Idul adha mama dan papa pasti sibuk menyiapkan Meugang. Papa membeli daging sapi di pasar sedangkan mama mengolah daging itu di rumah dengan jurus pamungkas bumbu rempahnya yang sangat nikmat.
Dulu, Aku belum begitu paham apa arti Meugang. Yang kurasakan Meugang itu pasti makan daging sapi dengan berbagai olahannya.
Tidak itu saja, ada sop tulang sapi dengan bumbu khas sop yang sangat menggoda. Tradisi itu tidak hanya ku alami di Aceh saja. Bahkan saat kami selaku perantau dan teman-teman perantau lainnya juga melakukan hal yang sama.
Jadi tradisi Meugang ini Alhamdulillah telah melekat bagi kami selaku masyarakat Aceh di mana pun kami berada. Hanya saja bedanya masakan mama dengan diriku tentu saja berbeda tingkat kelezatannya. He he he.
Aceh yang kaya akan warisan sejarah dan budaya, menawarkan pengalaman unik dengan tradisi Meugang atau Makmeugang, sebuah ritual yang memperkaya kehidupan sosial masyarakat sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam.
Salah satu tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan di Aceh ini terus mengalir hingga ke anak cucu.
Sebenarnya ada banyak tradisi ramadan di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya di daerah Aceh saja. Seperti Malamang dari Sumatera Barat, Pacu jalur dari Riau, Munggahan dari Jawa Barat, Nyadran dari Jawa Tengah, Megibung dari Bali, Suru Maca dari Sulawesi Selatan dan masih banyak lagi.
Lantas apa sih pengertian dari “Meugang” itu sendiri, sehingga disebut sebagai tradisi unik daerah Aceh saat Ramadan ?
Pengertian Meugang
Meugang juga dikenal dengan sebutan Makmeugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang dan Uroe Keuneukoh. Namun dari semua sebutan itu yang paling sering adalah Makmeugan atau Meugang.
Gang dalam bahasa Aceh berarti pasar. Dimana pada hari biasa, pasar tidak banyak dikunjungi oleh masyarakat Aceh. Namun, saat menjelang Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha sangat ramai. Akibatnya muncullah istilah “Makmu that gang nyan” yang artinya makmur sekali pasar itu atau Makmeugang atau disingkat Meugang.
Kalau secara harfiah, Meugang itu berarti memulai puasa. Artinya dilakukan dengan cara mengonsumsi hidangan daging terutama daging sapi meskipun ada juga yang mengonsumsi daging kambing, kerbau, ayam, dan daging bebek.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk persiapan fisik dan mental bagi umat muslim sebelum memulai ibadah puasa selama sebulan penuh.
Menurut informasi dari situs Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemendikbud, Meugang merupakan tradisi di Aceh. Di mana penduduknya berkumpul untuk memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat, dan anak yatim.
Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Aceh, sehingga di manapun kami berada baik di luar Aceh bahkan luar negeri sekalipun, tetap menyelenggarakan tradisi yang sama.
Sejarah Meugang
Tradisi Meugang mempunyai nilai sejarah yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Aceh sekitar abad ke-14 Masehi.
Menurut Ali Hasjimy (seorang penulis atau sejarawan yang memiliki karya-karya yang membahas sejarah atau budaya Aceh), mengatakan bahwa tradisi ini sudah ada sejak masa kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam. Ritual Meugang dilakukan di istana kerajaan yang dihadiri oleh sultan, menteri, pejabat kerajaan, dan ulama.
Pada hari tersebut, raja memerintahkan kepada badan yang menangani fakir miskin dan dhuafa untuk membagikan daging, pakaian, dan beras kepada mereka. Semua biaya ditanggung oleh lembaga Silatu Rahim, yang mengurus hubungan antara negara dan rakyat di Kerajaan Aceh Darussalam.
Sumber lain juga menyebutkan, tradisi Meugang bermula dari tindakan Sultan Iskandar Muda dalam menyambut Ramadan dengan rasa syukur. Sultan Iskandar Muda biasanya memotong lembu atau kerbau dan membagikan dagingnya kepada rakyat. Setelah Kerajaan Aceh jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1873, tradisi ini tidak lagi dilakukan oleh raja.
Sultan Iskandar Muda adalah seorang Sultan Aceh yang memerintah dari tahun 1607 hingga 1636. Dia dikenal sebagai salah satu pemimpin terbesar Aceh, yang memperluas kekuasaan Aceh ke wilayah-wilayah sekitarnya dan membangun kerajaan yang kuat di Samudra Pasai.
Sultan Iskandar Muda juga dikenal karena kontribusinya dalam memajukan seni dan kebudayaan Islam di Aceh serta meningkatkan perdagangan dan kegiatan ekonomi di kerajaannya.
Sebenarnya kapan sih Meugang itu dilakukan oleh masyarakat Aceh? Apakah hanya saat Ramadan saja?
Waktu Tradisi Meugang
Tradisi Meugang Aceh, tidak hanya diadakan sebelum menyambut Ramadan saja, tapi juga beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tujuannya adalah untuk menyambut ketiga hari besar itu dengan sangat meriah. Bukankah dalam Islam juga dianjurkan demikian ya ?
Pada hari biasa, masyarakat Aceh mengonsumsi makanan dari sungai atau laut sehari-hari, akan tetapi saat Meugang beralih menikmati daging sapi yang dianggap sebagai yang makanan terbaik. Bahkan keluargaku sendiri juga menambahkan variasi dengan daging kambing, ayam, atau bebek dalam menu masakan kami.
Tapi, bagaimana cara kita mendapatkan daging sapi untuk Meugang? Mengingat tidak semua tempat menjajakan daging tersebut.
Lokasi Penjualan Daging Meugang di Aceh
Dilangsir dalam artikel bandaacehkota.go.id menyebutkan beberapa lokasi yang menjual daging sapi saat Meugang tiba. Di antara lokasi tersebut adalah
1. Jalan H T Daud Syah-Peunayong.
2. Jalan T Nyak Arief meliputi kawasan Lingke, Lamyong, Pasar Rukoh dan Kopelma Darussalam.
3. Jalan Taman Makam Pahlawan dan Pasar Pagi Peuniti.
4. Jalan T Iskandar- Simpang Beurawe
5. Pasar Ulee Kareng.
6. Jalan Mohamad Hasan- Simpang Batoh.
7. Jalan Sultan Iskandar Muda- Simpang Punge Blang Cut.
8. Jalan Soekarno Hatta.
9. Jalan Sultan Malikul Saleh-Simpang Lhong Raya.
Jadi, jika teman-teman berada di Aceh dan ingin menikmati suasana Meugang di Aceh seperti apa, boleh dong mampir di beberapa lokasi tersebut untuk membeli daging sapi.
Selanjutnya, setelah daging sapi dibeli, baru kemudian diolah dengan berbagai masakan Aceh dengan bumbu rempahnya yang khas. Nah, kalau bagian ini adalah bagian yang paling ku tunggu-tunggu. Karena bau masakannya akan memenuhi seluruh ruangan rumah kami. Nyumiii 🤤.
Jenis Masakan Meugang
Berbeda kabupaten di Aceh, berbeda pula cara mengolah daging sapi untuk tradisi Meugang.
Di daerah perkotaan apalagi. Karena kebanyakan adalah berasal dari pendatang, maka olahan daging Meugang sesuai dengan daerah dari masing-masing mereka seperti stik, semur dan sate.
Sedangkan di beberapa daerah Aceh lainnya sangat bervariasi.
Kalau kabupatenku, karena Aku berasal dari Aceh Besar, biasanya mengolah daging sapi menjadi masak merah, masak putih dan sop daging.
Di kabupaten Pidie, tempat asal suamiku, daging sapi diolah menjadi kari, sop daging dan “Sie Reuboh”(daging yang dimasak dengan cuka). Ada juga yang mengolahnya menjadi masak merah dan masak putih.
Demikian pula di berbagai kabupaten Aceh lainnya. Olahan daging meugangnya berbeda-beda.
Selain daging, ada beberapa sajian tradisional yang biasanya dihidangkan khusus pada hari Meugang. Seperti tape (ketan yang difermentasikan), leumang (ketan yang dimasukkan ke dalam bambu, lalu dipanggang), dan timphan (makanan khas Aceh terbuat dari tepung ketan dengan isian srikaya atau kelapa, dilapisi daun pisang, dan dikukus). Pokoknya meriah deh😍.
Baca juga artikel : Tiga Jajanan Khas Aceh Saat Ramadan
Itulah sekelumit Meugang sebagai salah satu tradisi Ramadan di Aceh. Namun yang terpenting dari Meugang itu bagi keluargaku adalah berkumpulnya seluruh anggota keluarga.
Terutama yang merantau jauh seperti Aku dan suami serta anak-anak untuk pulang ke keluarga besar. Nilai kebersamaan inilah yang ingin ditanamkan oleh para leluhur kami melalui tradisi Meugang.
Meugang Bukan Sekedar Tradisi, tapi juga Gengsi.
Daerah tempat suamiku berada, masih sangat menjunjung tinggi tradisi adatnya. Dimana menantu laki-laki yang masih tinggal bersama mertua saat masih pengantin baru, memiliki tanggung jawab untuk membawa pulang daging saat Meugang untuk dimasak.
Semakin banyak daging yang dibawa, akan semakin baik. Bahkan jika tidak membawa akan dianggap memalukan dan menjadi aib. Sehingga persiapan untuk Meugang harus sebaik mungkin dalam menyambut Ramadan. Karena Meugang bukan sekedar tradisi saja, akan tetapi juga merupakan harga diri dan gengsi
Gimana nih tradisi Ramadan di daerah teman-teman? Apakah sama? 🤗
Sumber Referensi
https://www.nu.or.id/daerah/tradisi-meugang-di-aceh-jelang-ramadhan-ekonomi-hidup-hingga-silaturahim-warga-ENeEQ
https://bandaacehkota.go.id/jawara/serba-serbi-meugang-tradisi-unik-di-aceh-menjelang-ramadhan-dan-hari-raya/
https://travel.kompas.com/read/2023/06/03/203700127/7-fakta-tradisi-meugang-di-aceh-jelang-idul-adha-?page=all
https://bpi.kemendesa.go.id/berita/2024-03-13/tradisi-unik-menyambut-ramadan-dari-berbagai-daerah-di-indonesia/index_en.html
No comments
Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).