Tiga Cara Sederhana dalam Menjaga Keanekaragaman Hayati Agar tidak Punah

Tiga Cara Sederhana dalam Menjaga Keanekaragaman Hayati Agar tidak Punah

Posted Agustus 2024 by Ana Susan 


Tiga Cara Sederhana dalam Menjaga Keanekaragaman
Sumber gambar : pixabay.com


Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia merupakan keanekaragaman yang sangat dikagumi dunia.


Keanekaragaman hayati ini meliputi keanekaragaman flora (tumbuhan) maupun fauna (hewan) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. 


Keanekaragaman hayati laut Indonesia misalnya, adalah yang pertama di dunia. Prof. Dr. Augy Syahilatua,  Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Biologi, Pusat Riset Oseanografi- BRIN mengatakan bahwa keanekaragaman hayati laut disebabkan karena laut kita yang unik, luas dan dalam. Kita juga berada di daerah tropis sehingga cahaya matahari terus menerus menembus kedalaman laut. Hal inilah yang menjadikan biota di dalamnya sangat beraneka ragam.


Hewan dan tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari pangan hingga bahan obat-obatan. Hubungan timbal balik antara keberagaman hayati ini dengan manusia harus terus dijaga agar keberlangsungan kehidupan di bumi tetap ada.


Namun sangat disayangkan, keanekaragaman hayati tersebut sekarang mulai terusik. Mirisnya faktor utama dari itu semua adalah manusia itu sendiri. Atau lebih dikenal dengan istilah Antroposentris. Yakni berpusat pada manusia.


Keanekaragaman Hayati Penting bagi Keseimbangan Ekosistem 

Adanya hutan dengan segala keanekaragamannya baik dari segi genetik, spesies maupun ekosistem, mampu menjadikan sebagai sumber pangan, kesehatan dan energi bagi manusia dan hewan. Demikian pula keanekaragaman hewan baik dari segi genetik, spesies maupun ekosistem juga memberi keuntungan bagi manusia maupun tumbuhan. Jadi kita harus terus menjaganya agar tidak punah. 



Data International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List menunjukkan, tumbuhan yang terancam punah di dunia telah mencapai 24.914 spesies pada 2022 atau meningkat 6,77% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan jenis hewan yang terancam punah pada 2022 sebanyak 16.900 spesies. Indonesia berada di urutan kedua dunia negara dengan megabiodiversitas, namun tercatat terbanyak keempat memiliki spesies terancam punah.


Keanekaragaman hayati penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Semakin tinggi keanekaragaman hayati, semakin baik ekosistemnya. Sehingga berdampak pada sektor pertanian dan lingkungan hidup yang sehat. Bahkan kehidupan manusia pun menjadi sejahtera. 


Dari segi keanekaragaman spesies, Indonesia memiliki kekayaan jenis palem terbesar di dunia. Ada lebih dari 400 jenis kayu dipterocarp (jenis kayu komersial terbesar di Asia Tenggara), kurang lebih 25 ribu tumbuh-tumbuhan berbunga serta beranekaragam fauna. 


Negara Indonesia sendiri menduduki tempat pertama di dunia dalam hal kekayaan jenis mamalia yakni 515 jenis, 36% diantaranya endemik. Kemudian Indonesia juga menduduki tempat pertama dalam kekayaan kupu-kupu swalkowtail (121 jenis, 44 % diantaranya endemik). Lanjut menduduki tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari 600 jenis) dan menduduki tempat keempat dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28% diantaranya endemik).


Tunggu. Tidak cukup itu saja, kawasan perairan teritorial Indonesia yang luas dan kekayaan lautan Hindia dan Pasifik Barat juga menambah kekayaan keanekaragaman hayatinya. Indonesia memiliki habitat pasir dan laut yang kaya. Sistem terumbu karangnya yang ekstensif di lautan yang jernih di sekitar Pulau Sulawesi dan Maluku merupakan ekosistem terumbu karang terkaya di dunia. Bahkan sebagian kekayaan hasil laut ini telah dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. 


Ada tujuh ribu jenis Ikan laut dan air tawar sebagai sumber protein utama masyarakat Indonesia. Pertanian dan perikanan adalah penopang perokonomian negara, yang menyediakan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.


Dengan data ini menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia bukanlah kaleng-kaleng. Melainkan menjadi sorotan di mata dunia. Jadi wajar jika hutan Indonesia yang dijuluki paru-paru dunia terganggu, maka makhluk hidup yang mendiami di dalamnya juga ikut terganggu. 


Sebagai contoh, jika spesies tokek punah, maka populasi kecoa, tikus kecil dan cicak akan meningkat. Hal ini akan merugikan manusia. Atau punahnya spesies kupu-kupu akibat dari para kolektor serangga dan pengalihan  fungsi lahan menyebabkan siklus kehidupan manusia terganggu. Padahal hewan ini sebagai indikator kualitas dari suatu lingkungan. 


Banyak spesies kodok yang saat ini mati karena adanya jamur yang menyebar di seluruh dunia akibat perubahan iklim,” kata Johannes Vogel, Direktur Museum Sejarah Alam di Berlin. “Kodok memangsa jentik nyamuk. Artinya akan ada lebih banyak nyamuk di masa yang akan datang dan nyamuk itu sendiri menyebabkan lebih banyak kematian ketimbang organisme lain di Bumi.”


Manusia Sebagai Penyebab Utama Kepunahan keanekaragaman Hayati 

Kepunahan sebagian spesies di dunia ini tidak lepas dari perilaku manusia itu sendiri. Seperti hancurnya habitat, eksploitasi dan perubahan iklim sebagai penyebab utama dari perbuatan manusia. Belum lagi ketergantungan manusia pada plastik setiap harinya lalu membuangnya di sembarang tempat dan tanpa diolah kembali. Pada akhirnya telah membunuh secara perlahan spesies darat maupun laut. Lagi-lagi kepunahan spesies pun terancam. 


Jadi manusialah sebagai penyebab utama bagi kepunahan keanekaragaman hayati. Padahal jika dilihat dari jumlah populasinya adalah rendah. Yakni 7.6 milyar jiwa atau 0.01 % dari spesies bumi. Jumlah bakteri lebih banyak dari manusia 13 % dari spesies bumi. Dan tumbuhan merupakan terbanyak dari spesies bumi yakni 83%. Sedangkan ikan, serangga dan binatang lainnya hanya 5 %. 


Namun, dengan perkembangan teknologi manusia menyebabkan 83 % mamalia darat hilang, 80 % mamalia laut hilang, 50 % jenis tumbuhan hilang dan 15 % jenis ikan laut hilang. Padahal secara global Indonesia merupakan rumah bagi 12% mamalia, 16 % bagi jenis reptil dan ampibi, 17 % jenis burung dan 25 % spesies ikan. 


Sayangnya, dibalik keberagaman hayati ini, Indonesia justru mengalami >185 mamalianya terancam punah terbanyak di dunia. Diikuti dengan >151 jenis burung di Brazil dan > 136 jenis reptil di Madagaskar.


Spesies dunia juga mengalami percepatan punah bagi spesies dalam kurun waktu 60 juta tahun. Padahal sebelumnya berkisar antara 1-5 spesies yang punah per tahunnya.  Namun sekarang angka kepunahannya ribuan kali lebih cepat. 


Studi bombastis, menyebutkan bahwa Bumi akan kehilangan hampir satu juta spesies pada tahun 2030. Saat ini saja, satu spesies flora dan fauna diyakini punah setiap 10 menit, tanpa pernah diketahui keberadaannya.


Hal ini amatlah fatal, karena Bumi yang telah kehilangan keanekaragaman hayatinya adalah tempat yang berbahaya bagi semua mahluk hidup, termasuk manusia. Lantas kemanakah kita harus tinggal?


Dalam sebuah studi lain yang dilakukan oleh Leibniz Research Network for Biodiversity menekankan betapa keragaman spesies di Bumi berpengaruh terhadap hampir semua aspek kehidupan manusia. Baik itu udara yang kita hirup, air yang kita minum. Bahkan makanan, pakaian, obat-obatan dan masih banyak lagi bergantung pada keanekaragaman hayati yang disediakan oleh alam. 


Jadi jika spesies rusak secara massal, maka bencana bagi farmasi akan muncul. Bahkan saat ini 70 persen obat-obatan kanker diambil dari saripati tumbuhan. Bayangkan jika habitatnya terganggu. Maka korban manusia pun berjatuhan. 


Kepunahan progresif kapital ekologis kita adalah ancaman terbesar bagi umat manusia. Karena sekali hilang, ia tidak akan pernah kembali” kata Klement Tockner, Direktur Sanckenberg Society for Nature Research, sebuah lembaga penelitian di Frankfurt, Jerman.



Karena manusia sebagai penyebab utama dari mulai punahnya keanekaragaman hayati, maka manusia pula yang harus melakukan langkah atau cara untuk melestarikan kembali keanekaragaman hayati tersebut. Setidaknya ada tiga cara sederhana yang dimulai dari diri kita untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia sebelum berjalan terlalu jauh ke depan dengan menciptakan kebijakan-kebijakan atau aturan. Setidaknya juga mampu membantu kerjaan pemerintah dalam menanggulangi kepunahan keanekaragaman hayati yang kian merebak.


1. Menanam pohon 

Menanam pohon atau bercocok tanam mampu memberi keberlangsungan hidup bagi umat manusia. Pohon yang ditanam akan memberi banyak manfaat. Selain bisa dikonsumsi sebagai makanan atau obat-obatan, pohon juga memberi udara bersih bagi kita. Mencegah terjadinya banjir, mampu menyimpan air saat musim kemarau dan masih banyak lagi. Bayangkan jika setiap rumah di dunia ini melakukan hal yang sama. Mungkin masalah kekurangan pangan dan lainnya dapat diatasi dengan baik


2. Mengolah Sampah

Banyaknya sampah plastik yang mendominasi telah merusak berbagai hewan darat dan laut. Kepunahannya telah di ambang pintu. Jadi adalah wajar untuk mengolah sampah plastik yang telah beredar jauh. Kita mungkin tidak mampu menahannya untuk tidak di produksi lagi. Akan tetapi menekan angka beredarnya sampah plastik sedikit dari rumah kita akan memberi solusi bagi semakin punahnya keanekaragaman hayati. Setidaknya langkah sederhana dengan menggunakan kantong belanja dari kain bisa mengurangi sampah plastik yang ada.


3. Menyebarkan Informasi 

Dengan kemajuan digital yang terus meningkat, memudahkan kita dalam menyampaikan berbagai informasi penting pada masyarakat. Mungkin dulu kita belum berani berkoar-koar dengan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya hanya karena ingin menyampaikan sebuah informasi. Namun kini, tanpa melihat siapa diri kita, pesan telah tersampaikan dengan baik bahwasanya menjaga keanekaragaman hayati mutlak bagi setiap individu yang ada di muka bumi.


Inilah tiga cara sederhana yang bisa kita lakukan dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Terlihat peran ini kecil sih, tapi dampaknya akan menjadi besar layaknya bola salju yang menggelinding jika tidak dilakukan sedari dini. 


Tentu pelestarian in situ dan ex situ juga amat berperan untuk langkah selanjutnya. Dimana pelestarian in situ adalah pelestarian keanekaragaman hayati langsung di wilayah asal atau habitat aslinya. Sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian keanekaragaman hayati di luar habitat aslinya.


Demikian pula program keberlanjutan pemerintah dalam membangun tempat perlindungan, mencegah kebakaran hutan dan beberapa program yang bisa dilaksanakan dalam rangka menjaga keanekaragaman hayati. Tentu masih banyak program lain yang disinyalir mampu mengatasi punahnya keanekaragaman hayati. Sekali lagi, hal ini tidak bisa dilakukan sendirian. Harus ada aktivitas bersama individu, masyarakat maupun pemerintah.


Sejak tahun 1992, Konferensi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan mengadopsi Konvensi Internasional untuk Keragaman Hayati (CBD).


Di bawah konvensi itu, semua negara berkomitmen mempromosikan ekonomi berkelanjutan yang beroperasi di bawah batas kapasitas ekologis planet Bumi. Jadi sebenarnya setiap negara telah memiliki aturan tersendiri. Tinggal bagaimana mereka menjalankannya dengan baik dan benar.


Keterlibatan masyarakat adat juga tak ketinggalan. Karena merekalah yang awalnya telah menyatu dengan alam sekitar. Bukan kita yang mengatur mereka, akan tetapi kitalah yang mengikuti aturan yang telah mendarah daging dari mereka. Karena merekalah yang lebih mengetahui medannya. 


Seperti yang diungkapkan oleh Deputi Sekjen AMAN Urusan Ekonomi dan Dukungan Komunitas, Annas Rapin Syarif mengatakan bahwa selama ini masyarakat adatlah yang menjaga konservasi hutan dan menjaga wilayah hutan. Ada 72 % wilayah adat yang telah dipetakan dan itu adalah wilayah penting. Dan selama ratusan tahun juga mereka masih menjaga konservasi hutan dengan sangat baik.


Saksi dan penegakan hukum juga tetap berlaku bagi para pelanggar hukum alam. Semedi, selaku Direktur Program Kehutanan KEHATI mengatakan, untuk menjaga keanekaragaman hayati perlu adanya perundangan yang efektif, penegakan hukum yang efektif dan kesadaran masyarakat. 


Semedi juga menambahkan bahwa menjaga hutan berarti menjaga kehidupan manusia untuk saat ini dan masa yang akan datang. Untuk kita, anak kita dan cucu kita. Jangan sampai kita pindah ke planet yang lain. Karena belum tentu planet yang kita huni selanjutnya seindah planet bumi.



Sumber Referensi 


http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=ebook&code=ka&view=yes&id=1


https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-pers-komnas-perempuan-tentang-hari-keanekaragaman-hayati-rawat-keanekaragaman-hayati-untuk-kesejahteraan-perempuan-dan-kehidupan-berkelanjutan


https://www.dw.com/id/punahnya-keragaman-hayati-ancaman-terbesar-bagi-umat-manusia/a-62206772


https://youtu.be/IUo0y7abDlQ?si=jEn2o_rAUvnCcAZN


https://youtu.be/_GhKfWuFLmI?si=5Xuo7Z5eHbls2Tnt







No comments

Terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan atau saran seputar tema pembahasan :).